Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berapa Biaya Logistik yang Masuk Akal Menurut Luhut Pandjaitan?

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyatakan pihaknya akan kembali memangkas biaya-biaya yang dinilai membebani ongkos logistik di Indonesia.
Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan (kanan), memberikan paparan didampingi Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, saat konferensi pers 3 Tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Rabu (18/10)./JIBI-Dwi Prasetya
Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan (kanan), memberikan paparan didampingi Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, saat konferensi pers 3 Tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Rabu (18/10)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyatakan pihaknya akan kembali memangkas biaya-biaya yang dinilai membebani ongkos logistik di Indonesia.

Hal tersebut dimaksudkan agar biaya logistik di Indonesia dapat lebih kompetitif dan dapat diturunkan paling tidak setengahnya hingga 2019.

Saat ini, rata-rata biaya logistik di Indonesia mencapai 14,1% atau sangat jauh bila dibandingkan dengan Jepang yang hanya 4,9%. Menurutnya, pemerintah akan mendorong agar biaya logistik dapat berada di kisaran 7%—8% pada 2019.

"Pekan ini atau paling lambat minggu depan kita akan pangkas cost cost ini. Saya kan pedagang nih jadi saya paham nih, struktur cost mana yang bisa kita kurangi," katanya dalam paparan kinerja tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK, di Gedung Bina Graha, Rabu (18/10/2017).

Dia mengatakan saat ini pihaknya sudah memiliki catatan sejumlah biaya yang dinilai dapat diminimalisasi.

"Misalnya pelabuhan, saya suruh bongkar itu. Misalnya double handling untuk kontainer. itu [biayanya] Rp2 juta loh. Potong itu, kalau bisa dipotong saja," jelasnya.

Namun, dia mengatakan tidak semua biaya dapat instan diturunkan. Adapun, dia mengatakan transportasi yang tidak efisien menyebabkan biaya logistik lebih mahal sehingga meningkatkan infrastruktur transportasi dan konektivitas menjadi salah satu solusi.

"Tapi memang enggak semua langsung bisa seperti Jepang tapi kalau dari 14,2% menjadi 8% ini kan bagus sekali."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper