Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengambil langkah strategis dengan menggandeng Indonesian Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) untuk memperkuat posisi dan citra industri sawit Indonesia di kancah global.
Ketua Umum Gapki, Eddy Martono, menyampaikan pentingnya sinergi lintas lembaga untuk menjawab tantangan global. Diharapkan sinergi ini dapat menjawab berbagai tantangan keberlanjutan dan mengubah persepsi negatif terhadap industri sawit Indonesia.
"Seiring meningkatnya tantangan global terhadap keberlanjutan dan citra industri sawit, Gapki menyadari pentingnya kolaborasi lintas lembaga untuk memperkuat posisi dan kontribusi sawit Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri," ujar Eddy Martono, dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/6/2025).
Dia berpendapat, IPOSS sebagai lembaga kajian strategis dengan kapasitas riset, advokasi, dan komunikasi yang kuat, merupakan mitra yang sangat tepat untuk menjawab tantangan tersebut.
"Ini adalah ruang lingkup yang sangat krusial dalam mendorong satu narasi tunggal dan data yang akurat, guna mendukung pengambilan keputusan serta memperkuat pemahaman publik terhadap peran strategis kelapa sawit," tambahnya.
Dengan kerja sama ini, industri sawit Indonesia diharapkan dapat terus menjadi motor penggerak perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah sentra produksi sawit.
Baca Juga
Sementara itu, Perkumpulan Pusat Kajian Strategis Kelapa Sawit Indonesia (IPOSS) menyambut baik kerja sama strategis dengan Gapki.
Ketua Pengurus IPOSS, Nanang Hendarsah, mengatakan kerja sama ini bukan sekadar bentuk formal sebuah kesepakatan, melainkan penanda semangat bersama dalam memperkuat industri sawit nasional.
Adapun penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) Antara Gapki dan IPOSS pada Selasa, 17 Juni 2025, di Kantor Pusat GAPKI.
Fokus utama kerja sama ini adalah peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) petani sawit, serta penguatan kemitraan usaha perkebunan yang berkelanjutan dan berpihak pada petani.
Nanang menyoroti bahwa sebagai komoditas unggulan Indonesia, kelapa sawit menghadapi tantangan yang tidak ringan. "Mulai dari regulasi global seperti EUDR, kebutuhan hilirisasi, hingga produktivitas yang perlu terus ditingkatkan," ujarnya.
Di sinilah, lanjutnya, pentingnya kolaborasi berbasis riset, advokasi, dan komunikasi. Tujuannya adalah menghadirkan kebijakan dan praktik industri yang kuat, tangguh, dan berdaya saing global.
"Tetapi menjadi langkah awal dari gerakan bersama yang lebih konkret di lapangan—memberdayakan petani, memperkuat data, dan menjaga keberlanjutan industri sawit Indonesia," pungkas Nanang.