Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah tengah mengkaji blended finance atau pembiayaan campuran sebagai opsi pembiayaan infrastruktur, salah satunya proyek light rail transit (LRT).
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan dalam round table discussion di sela-sela Annual Meeting IMF di Amerika Serikat, dia mendapat informasi mengenai potensi blended finance.
Dalam diskusi tersebut turut hadir perwakilan dari World Bank, International Chambers of Commerce dan International Finance Corporation.
"Kami melihat ada peluang di blended finance untuk mendanai proyek-proyek di Indonesia. LRT bisa dimainkan di situ," katanya dalam acara Coffee Morning di Jakarta, Selasa (17/10/2017).
Informasi yang diperoleh Luhut, ada potensi dana senilai US$12 triliun. Dana tersebut butuh penampungan di mana skema blended finance bisa dipakai untuk menghimpunnya.
Oleh karena itu, katanya, pemerintah akan melakukan kajian lebih dalam bersama dengan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan. Pasalnya, meskipun prospektif tetapi Indonesia belum punya payung hukum untuk skema tersebut.
Indonesia tergolong negara yang terlambat melirik potensi pendanaan tersebut. Padahal di negara-negara maju skema pembiayaan tersebut sudah jamak digunakan.
"Ini pernah dimanfaatkan di China, Jepang, dan negara lain dan mereka berhasil. Kita agak terlambat melakukan ini karena memang belum ada mekanismenya," tambahnya.
Selain LRT, blended finance juga berpotensi digunakan untuk membiayai proyek energi seperti geothermal. Usaha rintisan atau startup yang tengah menjamur di Indonesia pun bisa ikut didanai.
Untuk diketahui, pemerintah tengah menggenjot pembangunan dua proyek LRT yakni LRT Jabodebek dan LRT Palembang.