Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan bisnis dagang elektronik atau e-commerce di Indonesia semakin pesat dan berdampak positif bagi perusahaan jasa kurir.
Namun, meskipun penetrasi e-commerce masih rendah yakni sekitar 2%,tetapi jasa kurir mengaku sudah kewalahan menerima orderan.
Managing Director PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI) Tomy Sofhian mengatakan, saat ini pertumbuhan bisnis jasa kurir rata-rata di atas 30%.
Khusus di TIKI sendiri sudah mengalami over suplai. Dan menurutnya belum banyak jasa kurir yang siap menghadapi ledakan e-commerce.
"Itu juga jadi alasan saya pindah ke perusahaan kurir domsetik karena ledakan e-commerce terjadi di dalam negeri. Kalau internasional juga tumbuh tapi normal. Baru sedikit yang siap menghadapi," katanya kepada Bisnis, Jumat (13/10/2017).
Penyebab tidak siapnya jasa kurir karena demand yang terlalu tinggi sedangkan fasilitasnya belum siap.
Dia mencontohkan pengiriman barang dari Jakarta ke Surabaya. Jika volume dari Jakarta seribu seharusnya yang sampai di Surabaya esok hari juga seribu.
"Tapi kenyataannya tidak begitu karena over capacity. Kemampuan jasa kurir belum sampai, seperti membangun fasilitas, menambah orang dan lain-lain, " imbuhnya.
TIKI sendiri bertekad menjadi jasa kurir tercepat di Indonesia. Oleh karena itu mereka akan memperkuat jaringan dan memperbaiki sistem sortir. Mereka saat ini punya 66 cabang utama, 350 cabang pembantu dan 2000 gerai penjualan seluruh Indonesia
