Bisnis.com, JAKARTA—Tingginya daya saing pabrikan keramik dari tiga negara, yaitu China, India, dan Vietnam mengancam pasar ekspor Indonesia.
Elisa Sinaga, Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki), menyampaikan produsen keramik dari ketiga negara itu memiliki produk yang memiliki daya saing tinggi karena didukung oleh berbagai kemudahan yang diberikan oleh pemerintah
"Kendala yang dihadapi pabrikan keramik nasional justru datang karena masalah internal di negara sendiri, yakni harga gas yang lebih tinggi dibandingkan dengan produsen luar negeri," imbuhnya.
Asaki mencatat pabrikan keramik domestik menanggung biaya sekitar US$9 per MMbtu. Padahal, pabrikan di negara-negara kompetitor, memperoleh harga di kisaran US$3—US$4 per MMbtu.
Elisa menilai impor keramik pada 2017 akan mencapai kurang lebih 70 juta meter persegi. Asaki mencatat impor keramik pada tahun sebelumnya sekitar 50 juta meter persegi.
BPS mencatat impor kaca dan barang kaca naik sebesar 19,02% pada periode Januari—Juli 2017 dibandingkan dengan tahun lalu. Berdasarkan data BPS pada semester I/2017, impor kaca dan barang kaca meningkat menjadi 292.393 ton dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016 yang mencapai 223.273 ton.
"Pemerintah harus melakukan sesuatu untuk membendung produk impor karena sampai saat ini penjualan pabrikan lokal semakin terkikis," jelasnya.
Sebelumnya, Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), mengatakan Kemenperin dan kementerian lain yang terkait akan berupaya untuk mengendalikan impor keramik.
"Impor masih diperbolehkan, tetapi harus sesuai dengan jumlah yang ditetapkan. Produk keramik impor yang sudah bisa diproduksi dalam negeri akan dibatasi dan hanya boleh sebanyak 25% di pasaran," kata Sigit.