Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian memprediksi kenaikan ekspor dapat mencapai 30% setelah pembangunan Pelabuhan Patimban selesai.
Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian, berharap agar pembangunan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat segera selesai. Proyek tersebut diyakini mampu menurunkan biaya dan mempermudah akses logistik bagi manufaktur, terutama yang berlokasi di kawasan industri Jawa Barat.
“Kami memberikan apresiasi terhadap kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam pembangunan Pelabuhan Patimban ini,” kata Airlangga dalam siaran pers, Rabu (27/9/2017).
Kemenperin menilai peningkatan ekspor hingga 30% tersebut dikarenakan mayoritas produsen otomotif berada di Jawa Barat. Saat ini, produksi industri otomotif di Indonesia mencapai 1,1 juta unit per tahun dengan ekspor sebesar 200.000 unit per tahun.
Airlangga mengatakan pelabuhan yang porsi sahamnya dimiliki oleh Jepang sebanyak 49% ini mendukung supply chain industri otomotif nasional. Dia menambahkan, Pelabuhan Patimban dapat menurunkan beban lalu lintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta termasuk lalu lintas angkutan barang di sepanjang tol Cikampek menuju Jakarta.
“Ini menjadi wujud nyata pemerintah untuk menyelesaikan persoalan logistik," ujarnya
Menurutnya pembangunan pelabuhan ini dapat menghemat ongkos logistik yang selama ini mengeluarkan biaya sebesar US$4,9 per kilometer (KM). Adapun biaya perjalanan di negara lain hanya membutuhkan US$1 per KM.
Seperti yang diketahui, dasar hukum pembangunan Pelabuhan Patimban adalah Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional dan Perpres Nomor 47 Tahun 2016 tentang penetapan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang sebagai proyek strategis nasional.
Sementara itu, Kemenperin juga mendukung penyelesaian proyek jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi). “Jawa Barat bagian Selatan mulai tumbuh industri garmen dan sepatu, dengan selesainya jalur tol Bocimi ini akses logistik juga akan menjadi lebih baik,” imbuhnya.
Kedua pembangunan tersebut menjadi fokus Kemenperin dalam pengembangan industri padat karya berorientasi ekspor. “Kami juga tengah mengusulkan fasilitasi insentif untuk industri padat karya berorientasi ekspor agar mendapatkan tax allowance, sama seperti sekarang yang diberikan kepada industri yang investasinya lebih dari US$100 juta,” ungkapnya.