Bisnis.com, JAKARTA—Penjualan elektronik terlihat masih stagnan karena penurunan daya beli.
Ali Soebroto, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), menyampaikan penjualan elektronik secara value dan volume pada Juli–Agustus tahun ini
“Tidak terjadi kenaikan penjualan yang signifikan pada momen Lebaran membuat sebagian produsen elektronik nasional mengalami penurunan. Konsumen belum memiliki daya beli yang cukup kuat,” kata Ali kepada Bisnis, Minggu (17/9/2017).
Menurutnya, jika dihitung secara umum seluruh anggota dari asosiasi mencatat penjualan stagnan pada periode Juli—Agustus ini. Kenaikan hanya dialami oleh beberapa produsen terkemuka, sedangkan pabrikan lain mengalami penurunan. Asosiasi mencatat penurunan penjualan barang elektronik terjadi pada beberapa produk untuk segmen peralatan rumah tangga.
“Secara kuantitas penjualan tidak meningkat tajam karena masyarakat sudah banyak yang memiliki produk elektronik. Pembelian terjadi ketika barang tersebut rusak atau tergiur dengan teknologi baru,” imbuhnya.
Selain itu, industri elektronik saat ini tidak bisa mengejar penjualan secara kuantitas karena berbagai segmen telah mengalami penyederhanaan. Segmen audio & video misalnya yang tersisa saat ini hanya televisi. Adapun produk audio dan video player, radio, voice recorder, telah terganti dengan ponsel cerdas.
“Smartphone telah menggantikan berbagai fungsi dari alat elektronik lain. Kini penjualan audio player hanya hanya dipesan oleh manufaktur otomotif,” imbuhnya.
Dia pesimistis penjualan barang elektronik pada tahun ini dapat tumbuh signifikan. Hanya sebagian pabrikan elektronik yang dapat merasakan kenaikan.
Penurunan penjualan elektronik telah terlihat sejak 2015.
“Pada 2013 dan 2014 nilai transaksi elektonik dapat mencapai Rp40 triliun, kemudian turun 10% pada 2015. Penurunan kembali terjadi pada 2016 sekitar 10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Produsen elektronik pada pada tahun ini kemungkinan akan mengalami menurun kembali,” katanya.