Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah memperkirakan struktur pasar tenaga kerja Indonesia mulai beralih ke sektor jasa karena sektor ini memiliki potensi penyerapan tenaga kerja yang tinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya.
Dalam 10 tahun terakhir, lapangan kerja baru tercipta sebanyak 23 juta dan 21,7 juta diantaranya terserap ke sektor jasa. Sisanya sekitar 3,7 juta ke sektor industri dan 2,4 juta di sektor pertanian.
“Kami memperkirakan sektor jasa di Indonesia akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja mulai dari semi skilled sampai skilled hingga berkontribusi menyerap 70% tenaga kerja yang ada. Sebaliknya, pangsa pasar tenaga kerja di sektor pertanian akan turun menjadi 23%,” kata Rahma Iryanti, Staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Bappenas, di Jakarta, Kamis (14/9/2017).
Sayangnya, penyerapan yang tinggi di sektor jasa tidak memiliki korelasi positif terhadap tumbuhnya penciptaan tenaga formal di Indonesia. Justru sektor industri saat ini masih menjadi andalan dari sisi penciptaan tenaga kerja formal, dan produktifitas.
Sektor industri memungkinkan tenaga kerja dengan level pendidikan menengah ke bawah untuk terserap sehingga memunculkan kontribusi positif terhadap kenaikan pekerja formal. Kendati demikian, kontribusi industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat stagnan dari tahun ke tahun.
Pada saat yang sama, beberapa sektor andalan yang berkontribusi signifikan terhadap kenaikan daya saing Indonesia yakni industri, jasa, dan pertanian harus menghadap sejumlah hambatan mulai dari ekonomi digital, persaingan global, dan automasi.
Dalam sebuah studinya, McKinsey menyebutkan bahwa dengan mengubah pekerjaan informal, mempekerjakan populasi yang tidak aktif, dan mengurangi pengangguran, teknologi digital memiliki potensi untuk menambah 3,7 juta pekerjaan baru dan menambah PDB Indonesia hingga US$35 miliar pada 2025.