Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei : Orang Indonesia Makin Puas Dengan Kondisi Pasar Properti

Hasil survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index 2017 yang menyatakan 54% responden mengaku puas dengan kondisi pasar properti Indonesia pada paruh pertama lalu.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Hasil survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index 2017 yang menyatakan 54% responden mengaku puas dengan kondisi pasar properti Indonesia pada paruh pertama lalu.

Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu atau sebesar 46%, dan pada semester I/2015 36%.

Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan mengatakan survei ini dilakukan secara berkala dua kali setahun bekerjasama dengan lembaga riset Institute Research, Singapura. Hasil survei kali ini diperoleh berdasarkan 1.020 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada bulan Januari – Juni 2017.

Menurut Ike, ada dua faktor yang menunjang tingkat kepuasan konsumen properti Indonesia khususnya segmen menengah bawah.

Pertama, aksebilitas lokasi yang akan dipermudah dengan sejumlah perencanaan infrastruktur pemerintah pusat.

Kedua, kebijakan pemerintah terutama melalui program strategis nasional sejuta rumah yang memungkinkan masyarakat membeli rumah dengan uang muka 1% dan cicilan di bawah Rp1 juta.

"Keberpihakan para pemangku kepentingan pada masyarakat untuk memiliki rumah semakin baik, termasuk suku bunga bank yang terus turun ini yang mengakibatkan tidak hanya konsumen rumah subsidi yang puas tetapi juga kelas menengah," katanya, Selasa (12/9/2017).

Ike melanjutkan, masih berdasarkan hasil survei tersebut 64% responden berniat membeli rumah tapak dengan harga di bawah Rp500 juta, 20% di bawah Rp700 juta, 7% rentang Rp750 juta — Rp1 miliar, dan sisanya berminat dengan rumah di atas Rp1 miliar.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda pun memproyeksi properti hunian menengah bawah masih akan menjadi motor penggerak pertumbuhan industri ke depan.

Adapun perlambatan yang terjadi sejak 2015 lalu diyakini bukan akibat ketidakmampuan masyarakat dalam membeli, melainkan masih melihat peluang properti yang terbaik.

"Sebenarnya sempat terjadi kenaikan pada semester I/2016 lalu walau tidak signifikan. Pasokan meningkat tetapi dari sisi nilai menurun. Hal itu mengindikasikan terjadinya peralihan segmen pasar beralih ke bawah," katanya.

Ali melanjutkan untuk segmen menengah atas masih stagnan terutama awal 2017 lalu. Salah satu faktor penyebabnya disinyalir karena tensi politik yang tinggi saat pemilihan kepala daerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper