Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Peluang Deflasi Terbuka Lebar

Mendekati akhir tahun laju inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kian melemah seiring dengan terkendalinya harga bahan pangan dan dibatalkannya kenaikan harga gas Elpiji 3 kg.
September terjadi deflasi./JIBI-Alby Albahi
September terjadi deflasi./JIBI-Alby Albahi

Bisnis.com, JAKARTA--Mendekati akhir tahun laju inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kian melemah seiring dengan terkendalinya harga bahan pangan dan dibatalkannya kenaikan harga gas Elpiji 3 kg.

Bahkan, beberapa ekonom melihat peluang untuk terjadi deflasi terbuka lebar melihat kondisi harga barang dan jasa yang terkendali.

Sebanyak 12 ekonom dari berbagai instansi lembaga yang dikumpulkan Bisnis memproyeksi inflasi dengan nilai median dan mean 0,55% (month to month/mtm), atau 3,95 (year on year/yoy).

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan laju inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2017 hanya akan mencapai 0,01%.

Gubernur Bank Indonesia (BI)Agus D.W. Martowardojo mengatakan hasil survei BI minggu keempat menujukan inflasi ada di kisaran 0,01%, lebih rendah dibandingkan minggu yg lalu 0,02%.

"Jika memang besok diumumkan atau setelah hari kerja, semoga inflasinya rendah seperti itu atau mungkin bisa deflasi," ujar Agus selepas shalat Ied di Masjid BI, Jumat (1/9).

Adapun, penyebab inflasi rendah pada Agustus ini dipicu oleh koreksi harga barang pangan seperti bawang merah, bawang putih, cabai, telur dan daging.

Di dalam survei, BI memperkirakan laju inflasi tahunan akan mencapai 3,9% (year on year/yoy). Dengan demikian, Agus menegaskan pihaknya optimis laju inflasi pada 2017 dan 2018 akan sesuai harapan.

"Perkiraan kami inflasi 2017 ada di 4% kurang lebih dan 2018 bahkan lebih rendah lagi 3,5%. Jadi ini apabila bisa dicapai, baik untuk kesehatan ekonomi Indonesia," kata Agus.

Sementara itu, Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengemukakan harga pangan pasca Lebaran pada Agustus ini sudah kembali normal.

Tekanan administered prices atau harga barang dan jasa yang diatur pemerintah sudah tidak terasa lagi karena penyesuaiannya sudah dituntaskan pada semester I.

Umumnya, Bhima mengatakan dorongan pada komponen pendidikan biasanya sering terasa pada Agustus ini.

"Deflasi masih terbuka, tetapi saya prediksikan 0,04% karena ada dorongan dari komponen biaya pendidikan yang masih ada," kata Bhima.

Dengan jaminan dari tidak adanya kenaikan administered prices dari pemerintah, dia yakin inflasi tahunan pada 2017 ini berada pada kisaran 4,2-4,5%. "Masih di dalam range. Kan APBN-P 4,3% ya, jadi masih terkendali atau tidak terlalu besar," ujarnya.

Namun, dia mengingatkan adanya potensi kenaikan inflasi musiman pada akhir tahun yang didorong oleh libur Natal dan Tahun Baru.

Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengungkapkan inflasi inti pada Agustus 2017 diperkirakan mencapai 3% yoy.

"Ini mempertimbangkan ekspektasi inflasi masyarakat yang terkelola dengan baik," ujar Josua.

Volatile foods atau harga pangan bergejolak juga diperkirakan normal, terindikasi dari tren penurunan harga cabai merah, cabai merah keriting, dan bawang merah.

Sementara itu, administered prices cukup terkendali didorong oleh normalisasi harga tarif transportasi udara dan antar kota pasca yang sudah mencapai puncaknya pada Lebaran lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper