Bisnis.com, JAKARTA - Peternak layer meminta komitmen Kementerian Pertanian mengawasi pelaksanaan afkir ayam layer seperti diatur dalam Kepmentan No 3035/2017 dapat dilakukan serempak, guna menjaga harga telur tetap stabil.
Presiden Peternak Layer Nasional Ki Musbar menyampaikan, Keputusan Menteri meminta peternak melakukan afkir layer pada usia 70 minggu. Ini dilakukan ketika harga telur anjlok di bawah biaya pokok produksi.
Hasilnya, populasi ayam layer secara nasional turun 20%, diikuti harga telur terangkat naik. Harga telur per 27 Agustus di Blitar sebesar Rp16.500 - Rp17.000 per kg, serta Jabodetabek Sukabumi dan Cianjur sebesar Rp17.800 - Rp18.300. Blitar memberikan kontribusi 40% dari produksi nasional.
Musbar meminta komitmen Kementerian Pertanian melakukan pengawasan afkir seperti yang disepakati peternak layer secara nasional. Sebab, sejumlah peternak intensif menahan afkir layer hingga usia 100 minggu. Sementara peternak rakyat melakukan afkir layer di usia 85 minggu.
Komitmen ini diperlukan untuk menjaga harga ayam agar tidak berfluktuasi. Sedangkan keterlambatan afkir berakibat pada suplai berlebih.
"Di lapangan timing afkir belum serempak. Jika afkir rutin bisa terjadi, maka tidak akan ada harga telur yang jatuh. Sehingga perlu disepakati timing afkir bersama secara nasional, di usia 85 minggu kah atau di usia 80 minggu," kata dia.
Selain itu, peternak meminta konsistensi pemerintah menyediakan jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak unggas dengan harga Rp3.700 per kg. Harga jagung sekitar Rp4.600 - Rp4.700 per kg menyebabkan biaya pakan tinggi.
"Harga jagung yang terkontrol kurang dari Rp4.000 per kg akan membantu biaya pakan lebih efisien," katanya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menyampaikan populasi ayam petelur menurun pascapengurangan populasi final stock layer produktif umur minimal 70 minggu melalui Kepmentan No 3035/2017, diikuti harga telur yang relatif stabil.