Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan logistik dalam negeri harus mulai mengadopsi teknologi berbasis digital agar bisa bersaing di level yang lebih tinggi.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, perusahaan logistik dan transportasi akan lebih efisien dan efektif dengan menggunakan teknologi informasi.
Salah satu teknologi yang paling umum adalah tracking dan tracing. "Memperbaiki waktu maupun jadwal. Dengan itu tentunya akan berdampak pada kepastian terhadap pengiriman barang," ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (22/8/2017).
Kebutuhan akan teknologi informasi didasari oleh semakin luasnya penggunaan smartphone di Indonesia. Yukki menyebutkan, pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asean. "Kenaikannya sampai 37%."
Dari 3.212 perusahaan anggota ALFI, Yukki mengatakan sudah cukup banyak yang mengadopsi teknologi digital meskipun belum semuanya.
Lebih lanjut, dia menilai peluang perusahaan logistik Indonesia untuk bersaing di pasar regional terbuka lebar. Hal ini didasari oleh pangsa pasar logistik terbesar di Asean berada di Indonesia.
Hasil riset ALFI menunjukkan dalam rentang waktu 2013-2017, laju pertumbuhan majemuk tahunan (compound annual growth rate/CAGR) sektor kontrak logistik tercatat sebesar 11,7%, sedangkan untuk air & sea freight forwarding 11,8%. Di antara negara-negara Asean, Indonesia yang tertinggi.
Ditambah lagi dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Indonesia (rising midle class). Walaupun saat ini masih di urutan ketiga di bawah Vietnam dan Filipina, tetapi kalau dilihat dari bonus demografi yang dimiliki Indonesia, secara jangka panjang berdampak positif bagi pertumbuhan logistik.
Kelas menengah digolongkan sebagai masyarakat berpendapatan antara Rp65 juta sampai Rp455 juta per tahun atau sekitar Rp5,4 juta sampai Rp38 juta per bulan.
Kenaikan jumlah masyarakat kelas menengah akan berdampak pada kenaikan daya beli masyarakat. Dengan adanya kenaikan daya beli, volume logistik akan ikut tumbuh.
Salah satu sektor yang terimbas positif adalah perdagangan online atau e-commerce. Yukki mengatakan dampak tersebut paling terasa di kota-kota besar di mana penetrasi e-commerce paling besar.
Dari sisi regulasi, dia menilai pemerintah sudah cukup mendukung dengan membuat paket-paket deregulasi. Paket tersebut akan membuat perusahaan logistik dalam negeri percaya diri bersaing dengan perusahaan asing.