Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) dan ExxonMobil belum menyepakati pengalihan saham partisipasi pada proyek Jambaran-Tiung Biru.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan saat ini proses negosiasi masih berlangsung. Dia pun menargetkan di tahun ini kesepakatan bisa tercapai karena proyek ditargetkan menghasilkan gas pertamanya di akhir 2020 atau awal 2021.
"Belum deal. Tapi harganya bentar lagi ketemulah," ujarnya di Jakarta, Selasa (8/8).
Seperti diketahui, Pemerintah menugaskan PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina EP Cepu dengan terbitnya Surat Menteri ESDM No 9/13/MEM.M/2017 pada 3 Januari 2017 untuk mengembangkan Lapangan Jambaran-Tiung Biru dan menyelesaikan pembahasan dengan ExxonMobil melalui skema bisnis (business to business/b to b).
Adapun, proyek tersebut merupakan unitisasi dua lapangan dari dua wilayah kerja berbeda. Lapangan Jambaran merupakan bagian dari wilayah kerja Cepu dan Lapangan Tiung Biru yang menjadi bagian dari wilayah kerja Pertamina EP.
Pada Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) menjadi operator dan menguasai saham partisipasi sebesar 20,5%, Ampolex 24,5%, Pertamina EP Cepu 45% dan beberapa Badan Usaha Milik Daerah dengan saham partisipasi 10%.
Sementara, dalam proyek itu, PT Pertamina EP Cepu menjadi operator dan bersama EMCL masing-masing memiliki 41,4% hak kelola. Badan usaha milik daerah (BUMD) memiliki 9,2% dan sisanya sebanyak 8% dikuasai Pertamina EP.
Untuk partner lain, yakni BUMD dia menyebut belum diketahui apakah masih akan melanjutkan kemitraan. Pasalnya, harga gas dari Jambaran-Tiung Biru turun dari US$9 per MMBtu dengan eskalasi ketika proyek menghasilkan gas menjadi US$6,7 per MMBtu flat hingga kontrak berakhir.
Adapun, harga jual ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebesar US$7,6 per MMBtu dengan biaya penghantaran gas melalui pipa sebesar US$0,9 per MMBtu.
"Ada 10%. Kita belum tahu dengan harga seperti ini BUMD mau ikut, tertarik apa lepas juga," katanya.