Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PDB Kuartal II 2017 Diprediksi 5,05%

Konsumsi rumah tangga yang tak sesuai ekspektasi menjadi salah satu faktor bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2017 hanya mencapai 5,05% (yoy).
Sejumlah pengamat ekonomi mengatakan perlambatan ekonomi Indonesia yakni pada kuartal I/2015 sebesar 4,7% atau melambat dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2014 sebesar 5,1% dinilai sangat mengkhawatirkan sehingga pemerintah harus segera bertindak untuk memulihkan perekonomian misalnya upaya menekan inflasi dan menciptakan lapangan pekerjaan./Antara
Sejumlah pengamat ekonomi mengatakan perlambatan ekonomi Indonesia yakni pada kuartal I/2015 sebesar 4,7% atau melambat dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV/2014 sebesar 5,1% dinilai sangat mengkhawatirkan sehingga pemerintah harus segera bertindak untuk memulihkan perekonomian misalnya upaya menekan inflasi dan menciptakan lapangan pekerjaan./Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Konsumsi rumah tangga yang tak sesuai ekspektasi menjadi salah satu faktor bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2017 hanya mencapai 5,05% (yoy).

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan konsumsi rumah tangga yang diharapkan mendorong pertumbuhan khususnya saat Lebaran ternyata dibawah ekspektasi sehingga konsumsi rumah tangga sulit mencapai pertumbuhan lebih dari 5.1% (yoy).

Selain karena faktor konsumsi rumah tangga, sektor manufaktur yang menjadi tulang punggung perekonomian pun terus mengalami deindustrialisasi dengan porsi yang terus menurun terhadap PDB. Diprediksi bahwa pada tahun ini sektor manufaktur pun porsinya masih dikisaran 20%.

“Penurunan kinerja industri memang terjadi sejak 10 tahun lalu, ada lompatan struktur ekonomi yang terburu buru dari manufaktur langsung ke jasa. Ini juga berpengaruh kepada kualitas pertumbuhan. Oleh karenanya meski pertumbuhan mencapai 5% serapan tenaga kerjanya menurun akhirnya daya beli rendah,” katanya kepada Bisnis, Minggu (6/8).

Menurutnya, kekhawatiran penurunan industri tidak hanya mengancam di skala besar melainkan juga dalam skala mikro kecil karena sifatnya yang padat karya.

Hal itu terkonfirmasi dalam data BPS belum lama ini yang menunjukkan penurunan kinerja industri kecil.

Per triwulan II/2017, produksi industri manufaktur skala kecil tercatat hanya tumbuh 2.5% (yoy) turun drastis dibandingkan dengan kuartal I yang mencapai 6.63% (yoy).

“Kalau industrinya tumbuh rendah, otomatis pendapatan masyarakatnya tidak akan naik signifikan yang ujungnya mempengaruhi konsumsi rumah tangga,” lanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper