Bisnis.com, JAKARTA—Konsumsi rumah tangga yang tak sesuai ekspektasi menjadi salah satu faktor bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2017 hanya mencapai 5,05% (yoy).
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan konsumsi rumah tangga yang diharapkan mendorong pertumbuhan khususnya saat Lebaran ternyata dibawah ekspektasi sehingga konsumsi rumah tangga sulit mencapai pertumbuhan lebih dari 5.1% (yoy).
Selain karena faktor konsumsi rumah tangga, sektor manufaktur yang menjadi tulang punggung perekonomian pun terus mengalami deindustrialisasi dengan porsi yang terus menurun terhadap PDB. Diprediksi bahwa pada tahun ini sektor manufaktur pun porsinya masih dikisaran 20%.
“Penurunan kinerja industri memang terjadi sejak 10 tahun lalu, ada lompatan struktur ekonomi yang terburu buru dari manufaktur langsung ke jasa. Ini juga berpengaruh kepada kualitas pertumbuhan. Oleh karenanya meski pertumbuhan mencapai 5% serapan tenaga kerjanya menurun akhirnya daya beli rendah,” katanya kepada Bisnis, Minggu (6/8).
Menurutnya, kekhawatiran penurunan industri tidak hanya mengancam di skala besar melainkan juga dalam skala mikro kecil karena sifatnya yang padat karya.
Hal itu terkonfirmasi dalam data BPS belum lama ini yang menunjukkan penurunan kinerja industri kecil.
Per triwulan II/2017, produksi industri manufaktur skala kecil tercatat hanya tumbuh 2.5% (yoy) turun drastis dibandingkan dengan kuartal I yang mencapai 6.63% (yoy).
“Kalau industrinya tumbuh rendah, otomatis pendapatan masyarakatnya tidak akan naik signifikan yang ujungnya mempengaruhi konsumsi rumah tangga,” lanjutnya.