Bisnis.com, JAKARTA - Baru-baru ini, santer beredar isu di media sosial dan beberapa saluran aplikasi pesan tentang ratusan pabrik tekstil yang gulung tikar di Indonesia.
Dalam isu yang beredar tersebut, disebutkan setelah Idulfitri lalu, banyak pabrik tekstil di Indonesia bangkrut, dan langsung menyimpulkan bahwa kondisi tersebut sebagai indikasi ekonomi sedang sulit. Benarkah?
Bisnis.com mencoba melakukan verifikasi atas informasi tersebut. Dan ternyata, informasi itu sebagian besar tidak benar.
Berikut ini informasi awal yang beredar tentang isu dimaksud:
“Update penutupan pabrik Spinning (pemintalan benang) di Indonesia: Setelah EID Al-Fitr Holiday banyak pabrik pemintalan di Indonesia tutup.
- Pasific Texindo di Tangerang 90.000 spindle, 2.500 pekerja dipecat/PHK. Secara resmi ditutup
- Unilon di Bandung 70.000 spindle resmi ditutup
- Dhanar Mas 250.000 spindle ditutup sementara sejak 28 Mei 2017 dan pekerja belum mendapatkan gaji dan tunjangan hari raya.
- Ricky Putra Globalindo 70.000 spindle berjalan 3 hari dan tidak berjalan selama 4 hari.
- Micky Surya di Bandung 110.000 spindle tidak berjalan pada hari Minggu dan hari libur.
- Mulia Spindo di Serang 35.000 spindle resmi ditutup.
- Panca Citra Wira Brothers 30.000 spindle dan Sugih Brothers 30.000 spindle di Serang resmi ditutup.
- Hasasi di Bandung 60.000 spindle resmi ditutup.
- PT. Apac Inti Corpora di Bawen, Jawa Tengah 400.000 spindle hampir tertutup. Mereka tidak menerima job order.
- Pan Asia di Bandung 60.000 spindle hampir tertutup.
- Dunia Yamatex di Karawang dan Bandung 70.000 spindle hampir tertutup.
- Adetex di Solo 60.000 spindle resmi ditutup.
- Adetex di Bandung 60.000 spindle hampir tertutup
Disebutkan juga: Pabrik pemintalan resmi ditutup 1 bulan atau 2 bulan sebelum hari raya Idul Fitri.
- Mercu Prima di Tangerang 80.000 spindle resmi ditutup.
- Batamtex di Ungaran, Jawa Tengah Jawa 100.000 spindle resmi ditutup.
- Pisma Putra di Pekalongan, Jawa Tengah 60.000 spindle resmi ditutup.
- Indo Panca di Purwakarta, Jawa Barat 35.000 spindle resmi ditutup.
- Warna Unggul di Purwakarta, Jawa Barat 25.000 spindle resmi ditutup.
Pabrik pemintalan resmi ditutup 6 bulan yang lalu:
- Bhineka Karya Manunggal (BKM) 60.000 spindle di Karawang dan 40.000 spindle di Bogor ditutup secara resmi.
- Argo Pantes di Bekasi 160.000 spindle resmi ditutup.
- Argo Pantes di Tangerang 160.000 spindle resmi ditutup.
- Beruntung Abadi 80.000 spindle di Cimanggis, Depok resmi ditutup
- Tiga Bintang Manunggal 70.000 spindle resmi ditutup kemudian dijual ke Kewalram.
- Pt Lotus, Himalaya, Rama Gloria & banyak lainnya berlari dengan kerugian finansial yang besar.
Pabrik pemintalan resmi ditutup 1 tahun lalu:
- PT. Bintang Agung di Bandung 60.000 spindle resmi ditutup.
- Jonitex di Tangerang 110.000 spindle resmi ditutup.
- Effenditex di Tangerang 35.000 resmi ditutup
- PT. Kalila (Tristex) sebelum PT. Yasunly Tama di Tangerang 60.000 spindle resmi ditutup.
- PT. Kalila (Tristex) sebelum PT. Panca Harta di Jogyakarta 31.000 spindle resmi ditutup
- PT. Surakarta Sentosa Sejahtera di Solo, Jawa Tengah 60.000 spindle resmi ditutup.
Dan banyak pabrik pemintalan lainnya akan tutup tahun ini karena pasarnya buruk, situasi dan kondisinya tidak mendukung dan menderita kerugian yang terus berlanjut.”
Itulah bunyi isu yang beredar santer belakangan ini, dan cukup membuat risau seolah-olah kondisi perekonomian kita sedang sangat terpuruk.
Oleh karena itu, Bisnis.com mencari kebenaran isu tersebut dan mengklarifikasinya langsung kepada pihak terkait. Dan hasilnya mayoritas isu tersebut tidak benar, alias hoax.
Ini klarifikasi yang diperoleh Bisniscom dari Apindo, yang juga melakukan klarifikasi ke Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API):
1. Pasific Texindo in Tangerang 90.000 spindles, 2.500 workers (Masih beroperasi)
2. Unilon in Bandung 70.000 spindles (Masih beroperasi)
3. Dhanar Mas 250.000 spindles temporary closed since 28th May 2017 (Masih beroperasi, bln maret 2017 masih latih tenaga kerjanya dengan fasilitas Kemenperin)
4. Ricky Putra Globalindo 70.000 spindles ( Masih beroperasi )
5. Micky Surya in Bandung 110.000 spindles (Belum dpt info)
6. Mulia Spindo in Serang 35.000 spindles (Masih beroperasi)
7. Panca Citra Wira Brothers 30.000 spindles and Sugih Brothers 30.000 spindles in Serang officially closed. (Sudah Tutup)
8. Hasasi in Bandung 60.000 spindles (Masih beroperasi)
9. PT. Apac Inti Corpora in Bawen, Central Java 400.000 spindles (Masih beroperasi)
10. Pan Asia in Bandung 60.000 spindles ( Masih beroperasi )
11. World Yamatex in Karawang and Bandung 70.000 spindles (Masih beroperasi)
12. Adetex in Solo 60.000 spindles (Masih beroperasi)
13. Adetex in Bandung 60.000 spindles (Benar pengurangan kapasitas cukup besar)
Spinning mills officially closed 1 month or 2 months before Eid Al-Fitr holiday
1. Mercu Prima in Tangerang 80.000 spindles (Masih beroperasi)
2. Batamtex in Ungaran, Central2 Java 100.000 spindles (Diambil alih Duniatex grup)
3. Pisma Putra in Pekalongan, Central Java 60.000 spindles (Masih beroperasi)
4. Indo Panca in Purwakarta, West Java 35.000 spindles (Belum dapat info)
5. Warna Unggul in Purwakarta, West Java 25.000 spindles (Pengurangan kapasitas ttp masih beroperasi)
Spinning mills officially closed 6 months ago :
1. Bhineka Karya Manunggal (BKM) 60.000 spindles (Sudah Tutup)
3. Argo Pantes in Tangerang 160.000 spindles (Masih beroperasi hanya ada pengurangan kapasitas)
4. Lucky Abadi 80.000 spindles in Cimanggis, Depok (sudah tutup tetapi dialihkan ke Lucky Print Abadi)
5. Tiga Bintang Manunggal 70.000 spindles (Diambil alih oleh Kewalram)
Spinning mills officially closed 1 year ago:
1. PT. Bintang Agung in Bandung 60.000 spindles officially closed. (Benar sudah tutup)
2. Jonitex in Tangerang 110.000 spindles officially closed.(Benar sudah tutup)
3. Effenditex in Tangerang 35.000 officially closed (Benar sudah tutup)
4. PT. Kalila (Tristex) before PT. Yasunly Tama in Tangerang 60.000 spindles officially closed.
5. PT. Kalila (Tristex) before PT. Panca Harta in Jogyakarta 31.000 spindles officially closed
5. PT. Surakarta Sentosa Sejahtera in Solo, Central Java 60.000 spindles officially closed. (Benar sudah tutup dan sudah mengembalikan permesinan yang mendapatkan bantuan dari Kemenperin)
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat
Bahkan, Asosiasi Bantah Isu Maraknya Penutupan Pabrik Tekstil
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat menampik kabar maraknya penutupan pabrikan tekstil yang terjadi pada tahun ini.
Ade memaklumi bila beredar hoax di tengah masyarakat mengenai tutupnya sejumlah pabrikan tekstil. Sebab aktifitas industri tekstil pada Lebaran tahun ini tergolong lebih lesu karena permintaan mengalami penurunan.
“Kabar itu gak benar. Tapi saya bisa maklumi kalau kabar hoax itu banyak beredar, karena memang banyak pabrik yang libur lebih lama pada Lebaran tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya,” ujar Ade kepada Bisnis.com (20/7/2017).
Banyak pabrikan tekstil yang meliburkan buruhnya mulai dari sepuluh hari sebelum Lebaran hingga sepuluh hari sesudah hari H Lebaran.
Akibatnya, terhentinya aktifitas produksi itu menimbulkan berbagai macam persepsi. “Lebaran tahun-tahun sebelumnya itu biasanya pabrik paling hanya diliburkan tiga hari.”
Penurunan permintaan domestik tekstil paling dirasakan bagi industri pemintalan. Volume produksi barang hasil pemintalan terkena imbas dari melesunya permintaan. Hanya saja, pabrikan tetap mempertahankan kapasitas terpasang.
“Kalau mengurangi volume produksi ya pasti, karena memang permintaan lagi sedikit lesu. Tapi kalau sampai mengurangi kapasitas terpasang ya itu bisa saya pastikan tidak mungkin,” ujar dia.
Bagi pebisnis tekstil, ujar dia, pemangkasan kapasitas berarti sejalan dengan pengurangan tingkat efisiensi. Bila tingkat efisiensi menurun, otomatis hal itu berpengaruh kepada kenaikan biaya produksi.
“Kalau biayanya naik berarti kan harga jual juga naik, jadi gak mungkin pabrik-pabrik langsung mengurangi kapasitas terpasang seperti itu,” ujarnya.
Dia berani memastikan seluruh pabrikan tekstil masih beroperasi dengan mempertahankan kapasitas terpasang.
Ade menyatakan dalam setahun terakhir memang ada pabrik tekstil yang terpaksa ditutup, tetaip karena mengalihkan pabriknya ke daerah lain, seperti misalnya pabrik PT Jaba Garmindo di Majalengka, Jawa Barat. Di samping itu ada lagi pabrikan tekstil yang ditutup yakni PT Argo Pantes di Tangerang. “Tapi itu pun dia tutupnya karena relokasi pabrik ke Jawa Tengah,” ujarnya.
Menurutnya, harga lahan untuk industri di Tangerang mengalami lonjakan yang sangat pesat. “Tanah di sana sudah terlanjur naiknya begitu mahal. Ya kalau harga tanah di Tangerang udah Rp10 juta per meter persegi kan ya buat apa juga ada pabrik. Mungkin bagi pemiliknya lebih worthed ganti bisnis jualan apartemen daripada operasikan pabrik,” ujar dia.
Relokasi pabrik ke Jawa Tengah itu pun tidak mengherankan mengingat upah minimum di Jawa Tengah lebih kompetitif bagi komponen biaya produksi industri tekstil.
Kesimpulan:
Kabar yang beredar mengenai penutupan massal pabrik pemintalan, merupakan berita yang tidak benar alias fake news.