Bisnis.com, JAKARTA—Para pengembang rumah bersubsidi menyesalkan pemangkasan anggaran kredit Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan atau FLPP sebesar Rp6,6 triliun karena akan menurunkan semangat developer dalam menyediakan hunian murah tersebut.
Pemotongan anggaran FLPP juga dikhawatirkan akan menganggu program penyediaan 1 juta rumah dan menambah angka backlog atau defisit penyediaan rumah layak.
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengatakan target penyediaan rumah melalui anggaran FLPP sudah menjadi target bersama dengan para pengembang dan perbankan, sehingga jika dikurangi maka akan bertentangan dengan komitmen awal.
“Akan berdampak secara psikologis kepada para pengembang, yakni semangat percepatan pembangunan rumah subsidi akan semakin menurun,” ujarnya, Kamis (14/7).
Dalam RAPBN Perubahan 2017, pemerintah memutuskan mengurangi anggaran FLPP sebesar Rp6,6 triliun, dari semula Rp9,7 triliun menjadi Rp3,1 triliun. Kondisi ini disebabkan Bank BTN sebagai bank penyalur akan memilih fokus pada penyaluran subsidi selisih bunga atau SSB.