Bisnis.com, JAKARTA—PT Pupuk Kujang bakal membangun pabrik gasifikasi batu bara yang direncanakan dimulai pada akhir tahun ini. Pabrik tersebut dibangun dalam rangka efisiensi biaya produksi.
Direktur Utama Pupuk Kujang Nugraha Budi Eka Irianto mengatakan saat ini secara umum, pasar pupuk nasional masih tertekan karena oversupply yang terjadi di kawasan Asia.
Untuk pasar nasional, para produsen pupuk juga dihadapkan dengan masalah masuknya pupuk impor, khususnya urea dari China.
Data Badan Pusat Statistik melaporkan volume impor urea melonjak 555,85% secara tahunan (year on year)dari 95,43 juta kilogram pada 2015 menjadi 625,90 juta kilogram pada tahun lalu.
Penjualan urea Pupuk Kujang masih ada, namun perseroan disebutkan menjual urea dengan margin yang tipis.
“Permasalahannya kan harga gas masih US$6 per MMbtu, sedangkan produsen pupuk China sudah menggunakan batu bara sehingga biaya produksi lebih murah. Kami ada rencana juga ke arah sana dengan membangun pabrik gasifikasi batu bara,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (9/7).
Baca Juga
Nugraha menggambarkan dengan penggunaan batu bara, efisiensi yang didapatkan setara dengan harga gas US$4,5 per MMbtu hingga US$5 per MMbtu. Saat ini, perseroan masih melakukan survei untuk lokasi pabrik.
Diharapkan, lokasi pabrik nantinya dekat dengan sumber batu bara, seperti di Kalimantan atau Sumatera. “Kami ada 25 lokasi yang disurvei, pilihannya mengerucut di Kalimantan Timur atau di Lampung,” kata Nugraha.
Perseroan sendiri saat ini sebenarnya telah memiliki pilot proect pabrik pupuk yang menggunakan batu bara di Cikampek, Jawa Barat yang mulai dioperasikan sejak 2015. Efisiensi dari pabrik gasifikasi ini, katanya, sangat terlihat sehingga perseroan pun berencana mengembangkan dengan skala yang lebih besar.
Selain pembangunan pabrik gasifikasi batu bara, Pupuk Kujang juga mengalihkan pasar ke non komoditi atau memproduksi pupuk tidak diproduksi secara masal oleh produsen pupuk lainnya, seperti bio urea, untuk meningkatkan penjualan.