Bisnis.com, JAKARTA— Perbaikan pendapatan masyarakat menjadi kunci untuk kembali meningkatkan daya beli masyarakat yang saat ini tengah melemah.
Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira mengatakan salah satu penyebab melemahnya daya beli masyarakat adalah pola belanja yang berubah terutama saat Lebaran lantaran masyarakat memilih untuk menahan belanja guna memenuhi kebutuhan tahun ajaran baru.
“Bisa jadi faktor tahun ajaran baru berpengaruh, tapi saya pikir masih sangat kecil dampaknya untuk peningkatan daya beli,” ujar Bhima kepada Bisnis, Jumat (7/7/2017).
Menurut Bhima, perbaikan pendapatan masyarakat bisa dilakukan dengan meningkatkan sektor industri khususnya yang berorientasi ekspor.
Dalam hal ini, dia mengatakan yang menjadi kekhawatiran adalah daerah yang bergantung pada sektor komoditas tambang dan CPO.
“Kalau trennya membaik maka dampak ke daya beli bisa naik, tapi kalau yang terjadi sebaliknya bisa menurunkan daya beli,” terangnya.
Baca Juga
Selain itu, imbuhnya, daya beli di sektor produktif seperti pertanian dan perikanan juga harus dijaga.
”Jangan sampai harga pembelian pangan di level petani terlalu murah sehingga merugikan petani,” terang Bhima.
Sebelumnya, pemerintah meyakini daya beli masyarakat yang sempat melemah sepanjang paruh pertama 2017 ini bisa segera pulih, terutama untuk kuartal kedua dan ketiga tahun ini.
Pemulihan daya beli ini berkaitan dengan membaiknya kinerja perdagangan alias ekspor impor Indonesia yang terus mencatatkan capaian positif sejak akhir 2016.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, penurunan daya beli sejatinya merupakan imbas dari lesunya perdagangan Indonesia sejak 2012, lalu.
Kinerja ekspor impor memang selalu mencatatkan capaian negatif. Hal ini juga tidak lepas dari anjloknya sejumlah harga komoditas pertambangan, perkebunan, sampai migas.
Namun, sejak akhir 2016, kinerja perdagangan Indonesia mencatatkan hasil positif.
Terakhir, Mei lalu Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, kinerja perdagangan pada Mei 2017 mengalami surplus sebesar US$0,47 miliar, naik dibanding surplus pada Mei tahun lalu sebesar US$0,36 miliar.
Angka ini didapat dari realisasi nilai ekspor Mei 2017 sebesar US$14,29 miliar dan nilai impornya US$13,83 miliar.
“Kuartal 2-3 kami perkirakan akan pulih. Kami percaya situasi mengarah ke perbaikan,” kata Darmin.