Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah bus keberangkatan antarkota antarprovinsi (AKAP) di 48 terminal di 15 provinsi pada H-6 Idulfitri turun 33,37% dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu di antaranya disebabkan masyarakat mengubah pola perjalanannya.
Berdasarkan data sementara Posko Angkutan Lebaran 2017, jumlah bus keberangkatan di 48 terminal di 15 provinsi pada H-6 pada Senin (19/6) Pukul 20.00 WIB hingga Selasa (20/6) Pukul 08.00 WIB mencapai 8.954 kendaraan.
Sementara itu, jumlah bus keberangkatan pada periode yang sama tahun lalu di 48 terminal yang berada di 15 provinsi mencapai 13.439 kendaraan.
Adapun jumlah penumpang terangkut bus keberangkatan tersebut mencapai 140.148 orang atau turun 27,68% dibandingkan dengan jumlah penumpang bus keberangkatan pada periode yang sama tahun lalu yakni 193.806 orang.
Ketua Harian Posko Angkutan Lebaran 2017 Nelson Barus mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah penumpang dan bus keberangkatan pada H-6 Idulfitri.
Menurutnya, turunnya jumlah bus dan penumpang keberangkatan pada 48 terminal itu bisa disebabkan masyarakat belum melakukan perjalanan mudik.
“Turun tadi kan, ini perlu kita evaluasi nanti. Penurunan bisa karena orang menjalankan perjalanannya itu belum pada hari itu, belum tentu turun. Mungkin dia mudik besok atau lusa,” papar Barus.
Dia menuturkan pada masa angkutan Lebaran tahun ini, pola pergerakan masyarakat di daerah-daerah sedikit berubah akibat pemerintah memutuskan memperpanjang waktu libur satu hari.
Perubahan pola perjalanan masyarakat akibat perpanjangan waktu libur tersebut, terjadi di semua moda transnportasi umum. Tidak hanya itu, ungkapnya, H-6 Idulfitri pada tahun ini berbeda dengan H-6 tahun lalu.
Langkah masyarakat mengatur perjalanan dengan adanya perpanjangan waktu libur, menurut Barus, dari segi transportasi akan lebih baik. Menurutnya, kemacetan dapat terjadi jika terjadi penumpukan perjalanan.
Menanggapi penurunan tersebut, akademisi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno menilai penurunan kemungkinannya dapat terjadi karena dua hal.
Pertama, saat ini belum mencapai puncak arus mudik sehingga jumlah kendaraan dan penumpang yang menggunakan bus AKAP belum meningkat.
Kedua, penurunan tersebut bisa saja menggambarkan minat masyarakat dalam menggunakan angkutan umum berbasis jalan raya menurun.
Dia menilai pemerintah harus bisa menghadirkan terobosan-terobosan yang dapat meningkatkan penggunaan bus angkutan umum berbasis jalan raya.
Sementara itu, Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) justru mengungkapkan jumlah penumpang bus AKAP mengalami peningkatan tajam hingga membuat load factor mencapai 100% dibandingkan dengan jumlah penumpang pada hari biasa.
Ketua Umum IPOMI Kurnia Lesani Adnan mengatakan peningkatan jumlah penumpang bus AKAP pada masa angkutan Lebaran tahun ini mencapai 40%-50% dari jumlah penumpang bus AKAP pada hari biasa.
Namun, dia memperkirakan pada Sabtu (24/6/2017) jumlah penumpang bus AKAP kembali normal seperti hari-hari biasa. “Peningkatan jumlah penumpang bus AKAP sudah dari kemarin (19/6) sebesar 100%. Meningkat tajam, tapi tidak melonjak,” kata Kurnia.
Dia mengatakan peningkatan jumlah penumpang bus AKAP hingga membuat load factor sebesar 100% yang telah terjadi sejak Senin (19/6/2017) hingga Jumat (23/6/2017) merupakan siklus peningkatan penumpang yang biasa terjadi setiap musim mudik Lebaran.
Menurutnya, peningkatan load factor tersebut membuat pendapatan perusahaan otobus juga meningkat. Mengenai besarannya, dia enggan memberitahukannya.