Bisnis.com, JAKARTA—Pabrikan domestik masih menggenjot produksi jelang Lebaran dengan meningkatkan volume impor bahan baku.
Badan Pusat Statistik mencatat impor bahan baku pada Mei 2017 mencapai US$10,54 miliar, atau meningkat 17,39% dibandingkan dengan April 2017 senilai US$8,95 miliar. Angka itu juga lebih tinggi 24,02% dibandingkan dengan nilai impor bahan baku pada periode yang sama tahun lalu.
“Impor bahan baku industri pengolahan naik tajam menjelang hari besar Idulfitri,” ujar Deputi BPS Bidang Statistik Sosial Sairi Hasbullah, Kamis (15/6/2017).
Peranan impor bahan baku mencapai 76,27% dari realisasi impor pada Mei 2017 yang mencapai US$13,82 miliar. “Impor barang konsumsi dan barang modal juga naik, tetapi kenaikannya tidak signifikan,” ujar dia.
Impor barang konsumsi pada bulan yang sama sebesar US$ 1,28 miliar atau naik 16%. Sementara itu, impor barang modal tercatat senilai US$2 miliar atau naik 7,19%. Impor bahan baku pada Januari—Mei 2017 tercatat senilai US$47,24 miliar atau naik 17,63%. Pada periode yang sama tahun lalu, nilai impor bahan baku mencapai US$40,16 miliar.
“Di satu sisi, ini memperlihatkan manufaktur sedang berupaya meningkatkan produksi. Tapi di sisi lain ini juga sinyal yang perlu diwaspadai, ketergantungan manufaktur Indonesia terhadap bahan baku impor itu tinggi sekali,” ujar dia.
Baca Juga
Sairi menyatakan pemasok bahan baku impor terbesar bagi manufaktur Indonesia merupakan China. Pangsa bahan baku impor dari China mencapai 25% dari keseluruhan nilai impor. “Kalau ketersediaan bahan baku di sana bergejolak, maka industri kita yang bisa terdampak karena sumber bahan baku utama kita dari China.”