Kabar24.com, JAKARTA – Gangguan penerbangan British Airways selama libur akhir pekan lalu memicu kemarahan publik terhadap industri yang terkenal fokus pada pemangkasan biaya atas layanan pelanggan.
Hal ini membuat maskapai penerbangan Inggris itu berjuang untuk menjelaskan bagaimana gangguan komputer lokal dapat menyebabkan ribuan penumpangnya terbengkalai.
Di tengah kegagalan yang menyeret United Airlines, pembatalan massal di Delta Air Lines, juga kekhawatiran Amerika Serikat (AS) tentang teroris yang membawa laptop ke dalam pesawat terbang, industri penerbangan global seharusnya tidak memerlukan pukulan lain.
Tapi kemudian pada Sabtu pagi (27/5) waktu setempat, gelombang listrik singkat memukul sistem komunikasi British Airways yang menghubungkan seluruh operasi maskapai tersebut di London.
Dengan hampir 600 penerbangan dibatalkan dan barang-barang bawaan penumpang yang terdampar, gambar berikut cerita buruk dengan cepat menyebar melalui media sosial.
Kerugian untuk pemesanan tiket kembali dan kompensasi pelanggan diperkirakan mencapai sekitar 100 juta euro (US$112 juta), atau sekitar 3% dari laba operasi tahunan perusahaan induk IAG SA.
Baca Juga
Saham IAG pun dilaporkan mencatat penurunan terbesar dalam hampir tujuh bulan pada perdagangan di London setelah libur pada hari Senin.
Gambaran krisis bisa menjadi lebih besar saat British Airways nampaknya tidak tahu bagaimana insiden itu bisa terjadi.
“Kami benar-benar berkomitmen untuk mengetahui akar permasalahan dari peristiwa ini,” kata Alex Cruz, CEO British Airways, seperti dikutip Bloomberg (Selasa, 30/5/2017).
Meski demikian, pihak British Airways telah menyatakan bahwa tidak ada bukti serangan siber untuk permasalahan ini.
Dengan demikian, ada kemungkinan gangguan itu terjadi dari dalam.
Krisis itu pun menyoroti peran Cruz, yang mengambil alih pimpinan setahun lalu setelah menjalankan unit anggaran Vueling milik IAG di Spanyol selama lebih dari sembilan tahun.
Sementara Cruz membantu Vueling mengembangkannya menjadi maskapai penerbangan kedua terbesar di Spanyol, maskapai tersebut mengalami pembatalan penerbangan berulang-ulang dan penundaan pada musim panas lalu karena kurangnya pesawat dan awak pesawat.
Vueling adalah satu-satunya maskapai dalam portofolio IAG dengan penurunan laba tahun lalu.
Menurut serikat buruh GMB union, fokus yang berlebihan pada biaya menjadi penyebab terjadinya kekacauan baru-baru ini.
Bagi para penumpang, pekerja, dan tabloid yang telah mengkritik tajamnya pengurangan biaya dalam industri itu selama bertahun-tahun, gangguan tersebut tampaknya membuktikan bahwa maskapai penerbangan telah bertindak terlalu jauh.
Daily Mail menyalahkan Cruz serta mencela metodenya di Vueling, di sana dia melarang pencetakan warna dan pengadaan handuk kertas dari kamar cuci.
Kritik media sosial, sementara itu, mempertanyakan apakah British Airways pantas mengklaim sebagai maskapai penerbangan Inggris setelah langkah pemotongan biaya terus-menerus.