Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Neraca Perdagangan Jateng Januari-April 2017 Meningkat

Defisit neraca perdagangan Jawa Tengah pada periode Januari-April 2017 meningkat dibandingkan dengan kurun waktu yang sama tahun lalu
Ilustrasi-Aktivitas bongkar muat kontainer/Antara-Didik Suhartono
Ilustrasi-Aktivitas bongkar muat kontainer/Antara-Didik Suhartono

Bisnis.com, SEMARANG—Defisit neraca perdagangan Jawa Tengah pada periode Januari-April 2017 meningkat dibandingkan dengan kurun waktu yang sama tahun lalu.

Mengutip data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, pada periode Januari-April 2017 nilai ekspor provinsi tersebut mencapai US$1,899 miliar. Adapun nilai impor pada periode tersebut sebesar US$3,287 miliar, sehingga defisit sebesar US$1,388 miliar.

Pada periode Januari-April tahun lalu nilai ekspor provinsi tersebut mencapai US$1,788 miliar. Sedangkan nilai ekspornya mencapai US$2,600 miliar sehingga mengalami defisit US$812 juta.

Kepala BPS Jateng Margo Yuwono mengatakan, pada Januari-April tahun ini jumlah ekspor maupun impor dari Jateng memang meningkat dibandingkan dengan tahun lalu. Meski masih difisit, hal itu mengindikasikan ada pertumbuhan ekonomi baik di negara tujuan ekspor maupun di Jateng dengan meningkatnya permintaan. 

Di sisi lain, dengan adanya permintaan ekspor menandakan pula daya saing produk dari Jateng lebih baik di mata pasar global.

“Sinyalnya ekonomi global membaik pasar kita membaik karena ekspor kita meningkat dipengaruhi ekonomi negara yang menjadi mitra kemudian daya saing produk kita bagus, polanya seperti itu. Saat ini masih defisit harapannya ke depan industri kita bisa memperbesar ekspor sehingga surplus,” katanya, Senin (15/5).

Jika dirinci, pada empat bulan pertama tahun ini kontribusi ekspor terbesar dating dari Amerika Serikat yang mencapai 25,10% terhadap nilai total. Disusul kemudian Jepang sebesar 12,13%. Diurutan ketiga adalah China sebesar10,02%.

Adapun impor terbesar pada periode yang sama berasal dari China yang mencapai 22,65% dari nilai total. Diikuti kemudian Arab Saudi dan Malaysia. BPS tidak merinci persentase kontribusi impor dari kedua negara tersebut. Namun jika ditotal impor keduanya mencapai 25,93%. 

Sementara itu, dilihat dari komoditas ekspor nilai tertinggi pada Januari-April 2017 adalah tekstil dan barang tekstil dengan pangsa 40,43%. Disusul kemudian kayu dan barang dari kayu sebesar 17,69% dan di tempat ketiga terbesar adalah barang hasil pabrik yang berkontribusi 11,96% terhadap total ekspor.

Adapun komoditas impor terbesar adalah produk mineral yang pada periode Januari-April 2017 berkontribusi sekitar 42,44%. Ekspor terbesar kedua adalah tekstil dan barang tekstil sebesar 16,65% terhadap nilai total, disusul kemudian mesin dan pesawat mekanik 13,79%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper