Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PLN Tunggu Izin Pembangunan Gardu Induk

Perusahaan Listrik Negara menunggu penerbitan izin pembangunan Gardu Induk (GI) kabel bawah tanah sebagai agenda jangka panjang melindungi jaringan listrik di Kalimantan Barat
Pekerja memerbaiki jaringan listrik PLN./Bloomberg-Dimas Ardian
Pekerja memerbaiki jaringan listrik PLN./Bloomberg-Dimas Ardian

Kabar24.com, PONTIANAK – Perusahaan Listrik Negara menunggu penerbitan izin pembangunan Gardu Induk (GI) kabel bawah tanah sebagai agenda jangka panjang melindungi jaringan listrik di Kalimantan Barat.

Manajer Area Penyaluran dan Pengaturan Beban (AP2B) PLN Kalbar Ricky Cahya Andrian mengatakan, GI tersebut bakal mengaliri pasokan listrik Saluran Tegangan Tinggi (STT) 150 Kilovolt (kV) dalam satu rangkaian jaringan sistem Khatulistiwa.

“Tahun ini belum dioperasionalkan karena pengadaan setahun dan pembangunan setahun, ya kira-kira 2019 awal sudah bisa beroperasi GI itu,” kata Ricky kepada Bisnis, Jumat (12/5).

Dia mengatakan, GI ini nantinya sangat penting untuk sistem khatulistiwa karena gardu dan kabelnya didesain berada di dalam tanah atau tidak seperti jaringan lazim saat ini yang melintasi rumah-rumah penduduk.
Sistem khatulistiwa adalah jaringan utama berasal dari jaringan induk Malaysia. Sistem ini memasok listrik bagi pelanggan di Kabupaten Bengkayang, Singkawang, Sambas, Mempawah, dan Pontianak.

Jaringan inilah yang sangat rentan mengalami gangguan eksternal. Ricky mengatakan, hampir 99% listrik padam akibat layang-layang menyangkut di kabel atau gardu induk sehingga tidak hanya satu kabupaten padam listrik tetapi semua kabupaten dalam sistem ini.
Sehingga kehadiran GI bawah tanah itu untuk melindungi kabel listrik dari bahaya tali kawat dan layang-layang dan sebagai cadangan GI-GI lainnya jika terkena gangguan eksternal. Pontianak saat ini memiliki tiga GI.

“Ini strategi jangka panjang kami, supaya tidak padam total di sistem khatulistiwa karena layang-layang. Selain berada di dalam tanah, GI ini menjadi cadangan kalau ada gangguan dari gardu lain. Kota Pontianak saat ini punya 3 GI, idealnya satu kota ada 8 GI,” ucapnya.

Adapun, cara lain sekarang untuk melindungi kabel listrik dari layang-layang, pihaknya karet (pelindung) yang diimpor dari China. Ricky mengatakan tidak bisa untuk memasang karet pelindung kabel karena harganya yang mahal.
“1 meter itu Rp600.000, sekarang baru 50 meter tentu secara ekonomis mahal, sementara 1 transmisi antar tower itu panjangnya 300 meter,” ungkapnya.

Tentu dengan jarak sepanjang itu dengan 3 GI di Kota Pontianak sangat besar biaya yang dikeluarkan PLN memasang karet. Sementara, akibat permainan layang-layang pihaknya mengalami kerugian hingga Rp6 miliar pada tahun lalu.
Padahal, Ricky mengatakan, di sistem ini sesungguhnya Kalbar mengalami surplus hingga 100 Mw dari beban puncak hari-hari normal yang mencapai 320 Mw.
Wakil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan, pihaknya sudah mengeluarkan peraturan daerah untuk melarang permainan layang-layang yang menggunakan kawat dan tali gelasan (non nilon).
“Perda ini memang tidak bisa mempidanakan pemain layang-layang. Kami razia layang-layang ini sampai ada 40 pemain kena denda tepiring dan lebih dari 1.000 layang-layang, kawat dan gelasan yang kami bakar. Tetap saja ada yang main sampai sekarang,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper