Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Blast Furnace Beroperasi Oktober

Produsen baja PT Krakatau Steel menyelesaikan pembangunan fasilitas pengolahan bijih besi (blast furnace) tahun ini. Proyek itu diyakini dapat mengurangi beban biaya bahan baku dan memberi keseimbangan pada produksi hulu dan hilir perseroan.
Ilustrasi-Kawat baja/Reuters
Ilustrasi-Kawat baja/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen baja PT Krakatau Steel menyelesaikan pembangunan fasilitas pengolahan bijih besi (blast furnace) tahun ini. Proyek itu diyakini dapat mengurangi beban biaya bahan baku dan memberi keseimbangan pada produksi hulu dan hilir perseroan.

“Insya Allah selesai Juli, bisa mulai komersial sejak Oktober,” ujar Presiden Direktur PT Krakatau Steel Tbk Mas Wigrantoro Roes Setiyadi di Kementerian Perindustrian

Proyek blast furnace sebenarnya ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016. Hanya saja, penggunaan fasilitas itu masih terus mundur lantaran membutuhkan masa pengecekan ulang.

“Banyak final check yang mesti diulang lagi, makanya terus mundur dari target awal.”

Blast furnace rencananya mampu menampung kapasitas produksi sebesar 1,2 juta ton setiap tahun. Biaya investasi untuk pengembangan proyek tersebut mencapai US$ 656,3 juta.

Sementara itu, pengembangan proyek yang sudah selesai rampung merupakan pembagunan pabrik baja lembar panas (Hot Strip Mill 2). Kapasitas produksi fasilitas itu sebesar 1,5 juta ton setahun. Investasi yang digelontorkan untuk proyeknya itu sebesar US$ 405,9 juta.

Perseroan berharap dua pabrik itu mampu mengefisiensi beban usaha sekaligus meningkatkan produksi dan penjualan perseoran. Krakatau Steel menargetkan sudah mencatatkan laba pada 2017.

“Jadi targetnya untuk tahun ini bukan cuma sekedar breakeven, tapi sudah mencapai profit. Mungkin US$ 10 juta atau equal Rp 130 miliar, itu target yang cukup moderat.”

Salah satu komponen biaya operasional yang masih cukup membebani  produksi baja merupakan harga energi.  “Maka kami laporkan ke Menteri  Perindustrian supaya bagaimana bisa mendapat harga gas yang lebih efisien.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper