Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biaya Reparasi Freeport Indonesia US$30 Juta

Pakar tambang bawah tanah dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Ridho Kresna Wattimena mengatakan biaya reparasi untuk melanjutkan operasional tambang yang sempat berhenti, seperti PT Freeport Indonesia bisa mencapai US$30 juta.
Aktivitas di tambang Freeport, Papua./Bloomberg-Dadang Tri
Aktivitas di tambang Freeport, Papua./Bloomberg-Dadang Tri

Bisnis.com, JAKARTA -  Pakar tambang bawah tanah dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Ridho Kresna Wattimena mengatakan biaya reparasi untuk melanjutkan operasional tambang yang sempat berhenti, seperti PT Freeport Indonesia bisa mencapai US$30 juta.

Ridho menjelaskan PT Freeport Indonesia, sebagai satu-satunya perusahaan tambang emas yang menggunakan metode "block caving", tidak boleh menghentikan kegiatan penambangan karena perusahaan selanjutnya yang meneruskan operasi akan mengeluarkan biaya kerugian yang besar.

"Cadangan tembaga dan emasnya masih banyak, sebaiknya penambangan tetap dilakukan. Sifat metode 'block caving' sekali kita mulai, harus sampai habis. Kalau kemudian berhenti, begitu mulai lagi biayanya bisa US$20 juta - US$30 juta  untuk mereparasi kerusakan karena kita enggak nambang," kata Ridho dalam Forum Pakar Indonesia Mining Association di Jakarta, Senin (8/5/2017).

Ia menjelaskan kerusakan jika kegiatan penambangan berhenti dapat timbul karena deposit tambang yang telah dihancurkan tidak segera dikeluarkan dari terowongan endapan sehingga terowongan akan terbebani jika dalam waktu lama hasil tambang tidak segera ditarik.

Ia mencontohkan sebelumnya Freeport menghentikan kegiatan tambang selama sebulan. Untuk memulai operasinya lagi, perusahaan harus mengeluarkan biaya reparasi sekitar US$15 juta.

"Waktu Freeport berhenti sebulan, sekitar US$15 juta  untuk mulai tambang lagi. Itu belum mulai nambang, baru membetulkan terowongannya yang terbebani deposit itu," kata Ridho.

Ia menambahkan jika keadaan terburuknya Freeport tidak lagi melanjutkan kegiatannya, perusahaan yang meneruskan operasi harus memiliki insinyur yang mengerti metode "block caving", yaitu yang berpengalaman melakukan penambangan di Freeport.

Ada pun "block caving" adalah metode penambangan yang bertujuan untuk memotong bagian bawah dari blok bijih sehingga blok bijih tersebut mengalami keruntuhan.

Karakteristik metode ini memakan biaya produksi per ton termurah, biaya operasi padat modal mencapai US$2 miliar - US$10 miliar, pengembangan memakan waktu 15-20 tahun dan umumnya hanya perusahaan dengan modal besar yang tertarik serta membutuhkan keterampilan tenaga kerja.

Metode "block caving" yang digunakan di tambang bawah tanah Indonesia hanya di Freeport. Metode tersebut dinilai cocok karena kedalaman lokasi tambang lebih dari 100 meter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper