Bisnis.com, JAKARTA- Presiden Joko Widodo minta Kalimantan Selatan menggeser tumpuan perekonomiannya ke pertanian, kehutanan, perikanan serta industri pengolahan.
Sebab, ketergantungan Kalimantan Selatan pada ekspor komoditas bahan mentah, terutama pertambangan dinilai rentan. Harga komoditas tambang fluktuatif di pasar dunia.
Sektor tambang menyumbang 20,87% terhadap perekonomian Kalimantan Selatan.
"Ketergantungan pertambangan harus sedikit dikurangi dengan menggeser ke arah pengembangan sektor unggulan seperti pertanian, kehutanan, perikanan serta industri pengolahan," kata Presiden saat membuka rapat terbatas di Kantor Kepresidenan, Senin (10/4/2017).
Rapat terbatas siang ini mengevaluasi pelaksanaan proyek strategis nasional dan program prioritas di Kalimantan Selatan.
Presiden Joko Widodo menekankan bahan mentah harus diarahkan ke industri pengolahan. Saat ini sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang 14,91% terhadap ekonomi Kalimantan Selatan, diikuti industri pengolahan sebesar 13,98%.
Kepala Negara mengatakan Kalimantan Selatan harus fokus di sektor pertanian dan perkebunan dengan cara mengembangkan produk unggulan daerah dan menyiapkan infrastruktur penunjangnya.
"Saya ingatkan agar pengembangan sektor pertanian, perkebunan harus betul-betul terintegrasi dengan industri pengolahan sehingga memiliki multiplier effect yang lebih besar untuk daerah," ujar Presiden.
Hilirisasi industri merupakan keharusan bagi Kalimantan Selatan. Lewat hilirisasi industri, banyak tenaga kerja bakal diserap dan pembangunan Kalimantan Selatan dapat lebih merata. Presiden Joko Widodo minta pembangunan kawasan industri di Batulicin dan Jorong segera direalisasikan.
Pembangunan dua kawasan industri ini butuh dukungan infrastruktur seperti akses ke kawasan, tenaga listrik, air bersih, dan infrastruktur yang terintegrasi dengan pelabuhan.
Pada 2016 pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan sebesar 4,38%, lebih baik dari tahun sebelumnya sebesar 3,84%. Presiden mencatat harga ekspor komoditas andalan Kalimantan Selatan seperti batubara, CPO, dan karet mulai sedikit naik. Hal ini ditunjukkan peningkatan kontribusi ekspor neto pada 2016 yang berkontraksi lebih dari 5% dari tahun sebelumnya.