Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ARPI Ajak Pemda Hidupkan Kembali Tempat Pelelangan Ikan Mangkrak

Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) mengajak pemerintah daerah menghidupkan kembali tempat-tempat pelelangan ikan yang mangkrak dan melakukan pengadaan rantai pendingin untuk menggerakkan roda ekonomi lokal.
Penjual menunggu pembeli di Tempat Pelelangan Ikan, Kota Gorontalo, Gorontalo, Sabtu (11/3). Harga semua jenis ikan laut di Kota Gorontalo mengalami kenaikan hingga 40 persen akibat tangkapan nelayan yang berkurang karena ombak tinggi dan bulan terang. ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Penjual menunggu pembeli di Tempat Pelelangan Ikan, Kota Gorontalo, Gorontalo, Sabtu (11/3). Harga semua jenis ikan laut di Kota Gorontalo mengalami kenaikan hingga 40 persen akibat tangkapan nelayan yang berkurang karena ombak tinggi dan bulan terang. ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) mengajak pemerintah daerah menghidupkan kembali tempat-tempat pelelangan ikan yang mangkrak dan melakukan pengadaan rantai pendingin untuk menggerakkan roda ekonomi lokal.

Ketua Umum ARPI Hasanuddin Yasni mengemukakan pemda dapat menggandeng perusahaan swasta untuk membenahinya. Asosiasi, kata dia, baru saja mengadakan kunjungan kerja ke Minahasa Utara pada 3 April

Di TPI Desa Atep Oki, Kecamatan Lembean Timur, Kabupaten Minahasa, sebanyak enam nelayan di Desa Atep Oki yang mempunyai kapal bermesin motor tempel berukuran 10-15 gros ton dapat menangkap ikan 4-5 ton per hari, bahkan 7-8 ton di puncak musim. Hasil tangkapan didominasi oleh ikan tongkol kecil karena sarana alat tangkap yang sangat terbatas.

"Atep Oki yang saat ini dihuni sekitar 500 warga menyediakan TPI yang tidak terawat, berikut mesin pembuat es dan tempat penyimpanan yang sudah mangkrak lebih dari lima tahun," katanya, Jumat (7/4/2017).

Hasanuddin menyayangkan nelayan harus membeli es balok hingga ke Bitung dengan biaya Rp18.000 per balok atau 50 kg. Itu belum termasuk biaya solar untuk bahan bakar kapal. Padahal, area penangkapan mereka hanya 300 meter dari bibir pantai dan dalam hitungan jam dapat menangkap ikan hingga 5 ton.

Biaya pembelian es yang tinggi itu membebani keuntungan yang nelayan dapat sehingga mereka yang berstatus buruh dari pemilik kapal berpenghasilan minim. Pada saat yang sama, harga ikan ditentukan oleh pabrik pengolahan di kabupaten setempat.

Jika TPI dan fasilitas di dalamnya dibenahi, maka lapangan pekerjaan tetap terbuka, pendapatan penduduk yang dominan menangkap ikan meningkat, dan kualitas ikan hasil tangkapan terjaga baik.

ARPI mengestimasi biaya untuk memperbaiki sarana yang itu diprediksi tidak lebih dari Rp1 miliar. Hasanuddin menuturkan operasional TPI akan efisien jika para nelayan dibantu dengan alat-alat penangkapan yang lebih baik dari pemerintah atau pun investor swasta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper