Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) mengajak pemerintah daerah menghidupkan kembali tempat-tempat pelelangan ikan yang mangkrak dan melakukan pengadaan rantai pendingin untuk menggerakkan roda ekonomi lokal.
Ketua Umum ARPI Hasanuddin Yasni mengemukakan pemda dapat menggandeng perusahaan swasta untuk membenahinya. Asosiasi, kata dia, baru saja mengadakan kunjungan kerja ke Minahasa Utara pada 3 April
Di TPI Desa Atep Oki, Kecamatan Lembean Timur, Kabupaten Minahasa, sebanyak enam nelayan di Desa Atep Oki yang mempunyai kapal bermesin motor tempel berukuran 10-15 gros ton dapat menangkap ikan 4-5 ton per hari, bahkan 7-8 ton di puncak musim. Hasil tangkapan didominasi oleh ikan tongkol kecil karena sarana alat tangkap yang sangat terbatas.
"Atep Oki yang saat ini dihuni sekitar 500 warga menyediakan TPI yang tidak terawat, berikut mesin pembuat es dan tempat penyimpanan yang sudah mangkrak lebih dari lima tahun," katanya, Jumat (7/4/2017).
Hasanuddin menyayangkan nelayan harus membeli es balok hingga ke Bitung dengan biaya Rp18.000 per balok atau 50 kg. Itu belum termasuk biaya solar untuk bahan bakar kapal. Padahal, area penangkapan mereka hanya 300 meter dari bibir pantai dan dalam hitungan jam dapat menangkap ikan hingga 5 ton.
Biaya pembelian es yang tinggi itu membebani keuntungan yang nelayan dapat sehingga mereka yang berstatus buruh dari pemilik kapal berpenghasilan minim. Pada saat yang sama, harga ikan ditentukan oleh pabrik pengolahan di kabupaten setempat.
Baca Juga
Jika TPI dan fasilitas di dalamnya dibenahi, maka lapangan pekerjaan tetap terbuka, pendapatan penduduk yang dominan menangkap ikan meningkat, dan kualitas ikan hasil tangkapan terjaga baik.
ARPI mengestimasi biaya untuk memperbaiki sarana yang itu diprediksi tidak lebih dari Rp1 miliar. Hasanuddin menuturkan operasional TPI akan efisien jika para nelayan dibantu dengan alat-alat penangkapan yang lebih baik dari pemerintah atau pun investor swasta.