Bisnis.com, JAKARTA - Harga rumah di banyak kota di China naik bulan, lalu meskipun transaksi properti oleh pemerintah setempat kian dibatasi.
Menurut Biro Statistik Nasional, Sabtu (18/3/2017), harga rumah baru, kecuali rumah bersubsidi, naik di 56 dari 70 kota dibandingkan dengan 45 kota pada Januari. Harga naik di 67 dari 70 kota dari tahun lalu.
Mengutip Bloomberg, untuk mendinginkan pasar, Beijing sehari sebelumnya menaikkan uang muka (down-payment) untuk rumah kedua 10 basis poin menjadi 60% dan 80%.
Aturan juga berlaku untuk pembeli yang tidak memiliki rumah, tetapi mempunyai hipotek (mortgage) dengan ambang batas DP yang sama. Ini membuat seseorang sulit menjual rumah untuk memperbaruinya dengan properti yang lebih besar atau lebih mahal.
Hub ekspor di selatan, Guangzhou; pesisir Qingdao; dan Nanjing di tenggara juga telah memperketat aturan. Changsha, Ibu Kota Provinsi Hunan, juga masuk dalam ketentuan itu hari ini setelah data harga rumah diumumkan.
"Pemerintah ingin menyetop sementara lonjakan harga rumah dan membiarkannya naik secara bertahap," kata analis Bank of Communicaton Co. yang berbasis di Shanghai, Xia Dan, sembari menambahkan jika permintaan terangkat, harga akan naik kemudian.
Menurut dia, pemerintah tidak ingin harga naik terus dan menimbulkan bubbles.
Kota-kota besar di China telah mengalami kenaikan harga rumah tahun lalu. Di Beijing, harga rumah baru pada Februari naik 24% dari setahun sebelumnya, sedangkan di Shanghai melompat 25%. Harga di Schenzhen meningkat 14% pada periode yang sama.
“Pengetatan Beijing akan berdampak jangka pendek untuk menstabilkan pasar, tetapi kekuatan kebijakan kian lemah," kata direktur riset Tospur Real Estate Consulting Co., Zhang Hongwei.
Dia menambahkan peningkatan dosis pengetatan di beberapa kota mungkin akan mengikuti.
Menurut analis Bloomberg Intelligence, Kristy Hung, mengerem aturan untuk menetralkan lonjakan harga rumah di kota-kota China timur tampaknya akan menggeser permintaan pada tipe rumah lebih kecil.