Bisnis.com, JAKARTA - PT Dirgantara Indonesia berhasil memenuhi pesanan komponen rangka helikopter untuk perusahaan global Airbus Helicopters.
PTDI tercatat telah menyerahkan komponen pesawat bagian belakang atau rear fuselage Helikopter H225 yang ke-50. Hal itu dinilai sebagai indikasi bahwa BUMN tersebut merupakan bagian penting sebagai pemasok peralatan aviasi global.
"Kami sangat senang menjadi mitra terpercaya serta salah satu pemasok kunci bagi Airbus Helicopters untuk produk rangka pesawat," kata Presiden Direktur PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso dalam siaran pers, diterima Rabu (15/3/2017).
Menurut Budi Santoso, kerja sama industri antara Airbus Helicopters dan PTDI dimulai lebih dari empat dekade lalu. Hingga saat ini, kedua perusahaan telah secara kolektif menyerahkan hampir 200 helikopter kepada pelanggan di Indonesia.
Khusus untuk H225, PTDI menjadi pemasok kunci untuk rear fuselage dan rangka utama helikopter tersebut pada tahun 2008, dan telah melaksanakan kegiatan produksi secara penuh sejak 2011.
"Hal ini dicapai setelah serangkaian proses yang komprehensif dan menyeluruh, yang mencakup alih teknologi, pelatihan mendalam, serta implementasi sistem produksi yang berkualitas," ucapnya.
Hanya dalam rentang waktu enam tahun, PTDI telah sukses memproduksi 50 rear fuselage untuk keluarga Super Puma ini, di samping enam rangka utama yang telah diserahkan pada Airbus Helicopters.
Dengan lebih dari 4.000 bagian untuk rangka tengah dan belakang yang diproduksi dan dirakit di dalam negeri, program H225 telah turut mentransformasi kemampuan produksi mitra industrinya di Indonesia ini.
"Sebagai hasil dari kerja sama dengan Airbus, lebih dari 4.000 orang telah dipekerjakan di industri kedirgantaraan Indonesia, di mana mereka dapat mempraktikkan kemampuan dalam fungsi desain yang bernilai tambah tinggi, serta keahlian teknik dan produksi," ujarnya.
Sementara itu, Managing Director of Airbus Helicopters Indonesia Ludovic Boistot mengemukakan, pihaknya memiliki mandat yang jelas sejak awal yaitu turut mengembangkan industri kedirgantaraan Indonesia melalui kemitraan dengan industri lokal yang kuat.
"Indonesia akan terus menjadi salah satu pemasok kunci bagi rantai pasok kami, didukung oleh PTDI yang memiliki komitmen yang sejalan dengan kami untuk membangun industri kedirgantaraan yang kokoh dan progresif di negara ini," kata Ludovic Boistot.
Sebelumnya, Anggota Komisi I DPR RI Andreas Pareira mengatakan, PT Dirgantara Indonesia harus lebih produktif dalam menciptakan alat utama sistem senjata pertahanan dan keamanan karena kebutuhan TNI dalam menjaga pertahanan negara masih jauh dari memadai.
"Ketika Komisi I melakukan kunjungan ke Mabes TNI, Maret tahun lalu, berangkat dari itu, apa yang dipresentasikan TNI AU tidak mengada-ada terkait tugasnya yaitu ada lima, yang terpenting itu adalah tugas menjaga wilayah udara," kata Andreas Pareira, Selasa (14/3).
Politisi PDIP itu menilai apabila Indonesia mau menjadi negara kuat, maka tidak perlu banyak diskusi lagi selain langsung merumuskan bagaimana mengembangkan industri pertahanan dan keamanan strategis.