Bisnis.com, JAKARTA — Kekuatan pasar domestik dan peluang pertumbuhan ekspor menjadikan industri tekstil sebagai salah satu industri paling potensial di Indonesia.
Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) dan Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Iwan Setiawan Lukminto, mengatakan peluang industri tekstil Indonesia untuk berkembang semakin pesat terbuka lebar.
“Industri tekstil dan garmen di Indonesia bukan sunset industry, tetapi adalah sunrise industry,” katanya dalam rangkaian acara Indonesia—Korea Business Summit, Selasa (14/3/2017).
Latar belakang optimisme Iwan atas potensi perkembangan industri tekstil dan garmen Indonesia adalah perkembangan pasar global dan kondisi di dalam negeri.
Perkembangan paling baru adalah keputusan pemerintah Amerika Serikat untuk mundur dari Trans-Pacific Partnership. Langkah AS membuat industri tekstil dan garmen Indonesia bisa bersaing lebih ketat dengan industri serupa di Vietnam yang selama ini diuntungkan oleh TPP.
Data BPS menunjukkan produk garmen adalah produk industri manufaktur Indonesia dengan nilai ekspor kedua tertinggi. Nilai ekspor produk garmen Indonesia tahun lalu turun dari US$6,41 miliar menjadi US$6,23 miliar.
Iwan menilai Indonesia adalah salah satu negara yang bisa membukukan pertumbuhan pesat dari perubahan posisi AS karena pangsa pasar produk tekstil asal Tanah Air di pasar global baru 4%.
Indonesia, lanjutnya, juga didukung tingkat upah yang kompetitif. Pemerintah saat ini juga memastikan pergerakan tingkat upah pekerja bisa diprediksi lewat kontrol kenaikan upah minimum.
“Industri di Indonesia juga didorong oleh pekerja yang berkeahlian. Kombinasi antara upah yang kompetitif dan keahlian ini yang tidak ada di negara manapun di dunia selain Indonesia,” kata Iwan.