Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas industri manufaktur Indonesia kembali melemah pada Februari setelah sempat terdongkrak di sekitar Imlek.
Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Manager Index turun dari level 50,4 pada Januari ke level 49,3 pada Februari. Indeks manufaktur di bawah level 50 menandakan penurunan aktivitas industri dibandingkan bulan sebelumnya.
Sekjen Asosiasi Produsen Serat Sintetis Indonesia (Apsyfi) Redma Wirawasta memperkirakan penurunan aktivitas bisnis pada Februari dipengaruhi oleh periode libur Imlek pada Januari.
Libur panjang di periode Imlek membuat produksi industri manufaktur di China merosot pada akhir Januari. Kekosongan pasokan dari China mendongrak permintaan atas produk industri manufaktur di Tanah Air.
Namun, permintaan ke pabrik-pabrik di Indonesia merosot setelah pabrik-pabrik di Negeri Tiongkok kembali berproduksi normal. Kondisi ini yang menyebabkan penurunan aktivitas di industri manufaktur pada Februari dibandingkan Januari.
“Biasanya itu karena tahun baru China. Memang selama tahun baru China karena liburan produksi dari sana turun. Setelah mereka normal, kembali lagi order ke pabrik di Indonesia turun,” kata Redma.
Ketua Asosiasi Roti Biskuit Dan Mie (Arobim) Sribugo Suratmo juga berpendapat indeks manufaktur kembali jatuh ke bawah level 50 pada Februari karena kenaikan produksi sepanjang Januari.
Dia menjelaskan produsen pangan olahan pada Januari meningkatkan produksi untuk kembali mengisi stok yang menipis di periode konsumsi tinggi pada Natal dan Tahun Baru.
“Januri tinggi karena awal tahun adalah peak season. Begitu Januari lewat, turun lagi kembali ke normal. Nanti digenjot lagi untuk persiapan masuk Ramadan dan Lebaran,” katanya.
Sribugo mengatakan kenaikan produksi sebagai persiapan Ramadan biasanya mulai terjadi pada dua bulan sebelumnya. Pada tahun ini, produksi diperkirakan mulai digenjot pada akhir Maret.