Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian mendorong perusahaan untuk dapat menggaet sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk memasok tenaga kerja ke industri mereka. Untuk itu, Kemenperin menunjuk sejumlah industri untuk mengimplementasikan program tersebut.
Untuk tahap pertama, direncanakan peluncuran program link and match antara SMK dengan industri tersebut akan dilakukan di Jawa Timur pada akhir Februari ini, yang melibatkan sebanyak 50 perusahaan dan 261 SMK.
“Dengan asumsi, setiap SMK akan melibatkan 200 siswa, maka jumlah siswa yang siap diserap oleh sektor industri sebanyak 52.200 siswa,” ungkap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui keterangan resmi, Senin (13/2/2017).
Di samping itu, lanjut Airlangga, jumlah tersebut juga ditambah melalui program Diklat 3 in 1 (pelatihan sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja) yang diinisiasi oleh Kemenperin dengan melibatkan sebanyak 4.500 peserta di wilayah Jawa Timur.
Secara kumulatif, diprediksi akan tercipta sebanyak 600.000 calon tenaga kerja yang dapat memenuhi kebutuhan industri pada tahun 2019. “Langkah ini merupakan bagian dari program nasional yang diharapkan secara masif dapat merevitalisasi kondisi SMK yang ada saat ini,” tegasnya.
Dia merujuk pada situasi Sekolah Menengah Kejuruan yang mengalami kekurangan guru bidang studi produktif yang kini hanya berkisar 22% dari jumlah guru yang ada. Padahal, keberadaan guru tersebut sangat penting dalam penguatan keterampilan siswa.
“Dengan konsep pendidikan kejuruan yang menekankan pada penguasaan kemampuan kerja di industri, maka pola pembelajaran harus menjadi 60% praktek dan 40% teori sesuai dengan kebutuhan sumber daya manusia untuk sektor industri,” jelasnya.
Khusus untuk program penguatan SDM industri melalui pendidikan vokasi, sejumlah proyek percontohan yang berbentuk kerja sama SMK dengan industri sudah mulai dilaksanakan. Sebagai contoh, kerja sama antara PT Petrokimia Gresik dengan 7 SMK di Jawa Timur.
Selain itu, adapula kerjasamaPT Astra Honda Motor dengan 9 SMK di Banten dan Sulawesi Selatan, dan PT Polytana Propindo dengan 4 SMK di Indramayu dan Cirebon, Jawa Barat. “Kami harapkan, satu industri minimal dapat menggandeng lima SMK. Bahkan, kalau industri bisa bangun politeknik, kami akan beri insentif,” tuturnya.