Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi Pangkas Defisit Transaksi Berjalan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,02% membawa defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2016 turun menjadi US$1,8 miliar atau 0,8% dari produk domestik bruto (PDB), dibanidngkan dengan kuartal sebelumnya US$4,7 miliar atau 1,9% dari PDB.

Bisnis.com, JAKARTA--Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,02% membawa defisit transaksi berjalan pada kuartal IV 2016 turun menjadi US$1,8 miliar atau 0,8% dari produk domestik bruto (PDB), dibanidngkan dengan kuartal sebelumnya US$4,7 miliar atau 1,9% dari PDB. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan penurunan angka defisit kuartal IV/2016 juga ditopang oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan pendapatan primer. 

"Surplus neraca perdagangan barang tercatat meningkat didorong oleh peningkatan ekspor seiring dengan perbaikan ekonomi negara-negara mitra dagang dan meningkatnya harga komoditas global," ujarnya dalam siaran pers Bank Indonesia, Jumat (10/02).

Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer menurun mengikuti jadwal pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih rendah. 

Menurutnya, kinerja transaksi berjalan kuartal IV/2016 juga lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 yang mencatat defisit sebesar US$4,7 miliar atau 2,2% dari PDB karena meningkatnya surplus neraca perdagangan barang dan menurunnya defisit neraca perdagangan jasa.

Transaksi modal dan finansial pada kuartal IV/2016 mencatat surplus yang cukup besar dan melampaui defisit transaksi berjalan. Surplus transaksi modal dan finansial kuartal IV 2016 tercatat sebesar US$6,8 miliar, terutama bersumber dari surplus investasi lainnya sejalan dengan berlanjutnya repatriasi dana tax amnesty. 

Namun, dia menambahkan surplus transaksi modal dan finansial tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan III 2016. Lebih rendahnya surplus pada kuartal IV 2016 disebabkan oleh defisit investasi portofolio sebagai dampak keluarnya dana asing dari saham domestik dan SUN rupiah pasca-pengumuman Pemilu Presiden AS, serta surplus investasi langsung yang juga lebih rendah karena dipengaruhi outflow di sektor pertambangan. 

Dengan perkembangan tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal IV 2016 mencatat surplus sebesar US$4,5 miliar. 

Surplus NPI triwulan IV/2016 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa menjadi sebesar US$116,4 miliar pada akhir kuartal IV 2016, lebih tinggi dari US$115,7 miliar pada akhir kuartal III 2016 atau bila dibandingkan periode akhir kuartal IV 2015 yang sebesar US$105,9 miliar. 

"Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 8,4 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional."

Untuk keseluruhan tahun, kinerja NPI 2016 membaik ditopang oleh penurunan defisit transaksi berjalan dan kenaikan surplus transaksi modal dan finansial.

 NPI 2016 mencatat surplus sebesar US$12,1 miliar setelah tahun sebelumnya mengalami defisit US$1,1 miliar. Defisit transaksi berjalan turun dari US$17,5 miliar (2,0% dari PDB) pada 2015 menjadi US$16,3 miliar (1,8% dari PDB) di 2016 didukung perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan jasa. Surplus neraca perdagangan meningkat karena penurunan impor yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspor. 

Meskipun demikian, Tirta mengatakan laju penurunan impor di 2016 tidak sedalam pada 2015 sejalan dengan membaiknya perekonomian domestik. Demikian pula halnya dengan laju penurunan ekspor yang tidak sedalam tahun sebelumnya karena didukung meningkatnya harga komoditas global. 

Defisit neraca perdagangan jasa juga menurun mengikuti penurunan impor barang. Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial tahun 2016 meningkat signifikan menjadi US$29,2 miliar, dari sebelumnya US$16,8 miliar pada 2015. 

Peningkatan tersebut, lanjutnya, didorong oleh kenaikan surplus investasi langsung dan investasi portofolio serta penurunan defisit investasi lainnya sejalan dengan masih baiknya persepsi pelaku ekonomi terhadap perekonomian domestik dan implementasi program pengampunan pajak yang berjalan dengan baik.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai perkembangan global, khususnya risiko terkait arah kebijakan AS dan Tiongkok serta meningkatnya harga minyak dunia, yang dapat memengaruhi kinerja neraca pembayaran secara keseluruhan," tegasnya. 

Bank Indonesia meyakini kinerja NPI akan semakin baik didukung bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, khususnya dalam mendorong percepatan reformasi struktural.

Kendati defisit transaksi berjalan turun pada kuartal akhir 2016, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan akan kembali melebar sebesar 2,4% pada 2017 karena nilainya sudah cukup rendah saat ini, yakni di bawah US$17 miliar.

BI memproyeksikan angka tersebut meningkat menjadi US$22 miliar atau US$23 miliar dan membuat transaksi berjalan dari PDB Indonesia naik yang dari 1,8% menjadi 2,4%.

"Tetapi secara umum masih di bawah 2,5% dari PDB dan itu adalah level yang bisa kita terima dan sehat," paparnya di sela-sela Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (8/2).

Chief of Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean mengungkapkan pertumbuhan transaksi perdagangan pada 2016 yang lebih besar dari tahun sebelumnya itu menunjukan hal baik. Namun, pertumbuhan neraca perdagangan barang yang surplus dan jasa yang defisit mengambarkan mencerminkan kondisi yang baik.

"Ini mencerminkan dua hal, satu pembayaran terkait jasa seperti income lebih kecil. Apakah karena terkait tax amnesty atau hidupnya sistem transaksi dalam negeri. Ini berita baik," ujarnya. 

Lebih lanjut, dia memperkirakan adanya penurunan dalam neraca perdagangan pada tahun ini karena jumlah impor yang akan meningkat. Namun, dia menekankan impor tersebut berbentuk barang modal atau bahan baku yang mengerakan industri pada tahun ini. Fenomena tersebut menunjukan ekonomi berjalan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper