Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia atau ALFI menilai pemerintah bisa menyusun rencana konsolidasi tujuh pelabuhan tanpa melupakan rantai pasokan setiap.
Yukki Nugrahawan Hanafi, Ketua Umum DPP ALFI, mengatakan begitu banyak wacana pengembangan pelabuhan di Indonesia, dari mulai hub internasional dan konsolidasi tujuh pelabuhan harus diimbangi dengan sistem rantai pasokan.
"DPP ALFI sudah sering menyampaikan prinsipnya, ship follows the trade. Tanpa harus ada regulasi yang diharuskan kapal akan datang, sesuai dengan volume yang ada," jelas Yukki kepada Bisnis, Selasa (31/1/2017).
Dia menilai Indonesia bisa menyontoh negara tetangga yaitu Malaysia karena sudah terlebih dahulu memiliki beberapa pelabuhan terbuka dan untuk jalur internasional.
"Pemerintah harus melihat sisi supply chain-nya berdasarkan jenis komoditas. Kita juga jangan melupaka angkutan bulk atau curah. Itu lebih besar dari kontainer," ungkapnya.
Yukki menegaskan pihaknya tidak setuju dengan istilah superhub yang sempat dikeluarkan dalam wacana konsolidasi tujuh pelabuhan utama. Menurutnya, istilah tersebut tidak ada di ranah logistik kepelabuhanan nasional maupun internasional.
"Apapun keputusan pemerintah kita akan lihat dulu dan waktu yang akan menentukan apa akan lebih efisien atau tidak," paparnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah masih melakukan kajian terkait efisiensi cost transportasi laut dengan konsep integrated port. "Ada beberapa pilihan, tinggal dua masih exercise, saya berharap minggu ini sudah selesai," ungkap Menko Luhut.
Kajian efisiensi cost meliputi uji coba hub internasional di Pelabuhan Tanjung Priok, atau di Kuala Tanjung.
"Kita mau hub-nya di Priok, jadi dari daerah nanti kesini. Tadinya mau ada pikiran semua, tapi jangan semua [ke Priok] biar daerah tidak kehilangan pendapatan," tambahnya.
Oleh sebab itu, konsolidasi tujuh pelabuhan akan berpusat di daerah lain tak hanya di Tanjung Priok. Antara lain di Pelabuhan Kuala Tanjung (Sumatera Utara), Pelabuhan Tanjung Perak (Jawa Timur), Pelabuhan Tanjung Mas (Jawa Tengah), Pelabuhan Bitung (Sulawesi Utara), Pelabuhan Pontianak (Kalimantan Barat), Pelabuhan Sorong (Papua).
Jika pelabuhan-pelabuhan besar di setiap daerah bisa bersinergi dan terintegrasi maka diprediksikan ada penghematan biaya sekitar Rp1,5 juta per kontainer.