Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan semen stagnan sepanjang 2016 tertekan penurunan penjualan di wilayah Jawa.
Data Asosiasi Semen Indonesia menyatakan penjualan semen sepanjang 2016 sebanyak 62 juta ton. Volume penjualan tahun lalu hanya berbeda tipis dari volume penjualan pada 2015 yang sebanyak 61,98 juta ton.
“Konsumsi semen tahun lalu meleset dari perkiraan, ternyata stagnan tidak bergerak naik,” kata Ketua Asosiasi Semen Indonesia, WIdodo Santoso, Rabu (11/1/2017).
Kinerja penjualan semen nasional terseret oleh penurunan konsumsi semen di Jawa. Konsumsi semen di pasar semen terbesar di Tanah Air tersebut merosot 2% menjadi 33,75 juta ton.
Penurunan konsumsi di Jawa membuat mengurangi dampak kenaikan konsumsi di mayoritas wilayah penjualan lain. Konsumsi semen di Sumatra naik 4,2%, naik 13,2% di Sulawesi, naik 6% di wilayah Papua dan Maluku, serta naik 1% di wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Adapun konsumsi semen di Kalimantan merosot 12,3%.
Penjualan semen sepanjang 2016 membuat Indonesia menjadi pasar semen paling besar di Asia Pasifik. Namun, ekspansi besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir juga menjadikan Indonesia sebagai negara produsen semen paling besar dengan kapasitas produksi mencapai 100 juta ton pada awal 2017.
Widodo mengatakan perbandingan antara permintaan dan kapasitas produksi tersebut menunjukkan ada kelebihan pasok sekitar 40% dari total kapasitas nasional.
Dia berharap pemerintah segera mengeluarkan kebijakan agar iklim bisnis di sektor industri semen tidak semakin memburuk akibat kelebihan pasok tersebut.
“Kelebihan pasok yang wajar itu sekitar 20%. Kami berharap pemeirntah untuk sementara tidak mengeluarkan izin baru lagi sehingga ada keseimbangan antara permintaan dan kapasitas,” katanya.
Widodo juga berherap pemerintah emmpertimbangkan kebijakan lain untuk membantu industri semen seperti subsidi biaya listrik dan pengamanan pasokan batu bara.