Bisnis.com, JAKARTA – Dewan Teh Indonesia (DTI) menyebut biaya promosi produk kerap menjadi ganjalan bagi para investor yang berminat mengembangkan produk hilir komoditas teh di Tanah Air. Pasalnya, tanpa biaya promosi, akan sulit berkompetisi dengan industri teh lain yang sudah lama berdiri.
Ketua Umum DTI Rachmat Badruddin mengatakan promosi dan penjualan menuntut pemain-pemain yang dapat masuk ke sektor penghiliran teh merupakan investor-investor besar. Dia mencontohkan produk Sariwangi yang penjualannya melonjak tajam pascadilepas oleh keluarga pendiri, Johan A Supit.
“Hanya segelintir yang survive, padahal potensi teh Indonesia sangat bagus karena konsumsi per kapitanya masih kecil sekitar 250 gram. Tapi karena konsumsinya kecil, banyak yang diekspor. Harus ditata juga karena kita juga impor teh, tahun lalu sampai sekitar 20.000 ton,” kata Rachmat di Jakarta, Minggu (27/11/2016).
Dia mengatakan saat ini sebagian besar produk teh Indonesia diekspor dalam bentuk curah dan hanya 40%-45% diserap di dalam negeri oleh industri-industri teh celup atau minuman teh kemasan.
“Tanpa ada promosi, maka konsumen tidak mengenal produk kita,” katanya.
Dia pun mencatat sejumlah perusahaan teh negara lain yang mengimpor bahan baku dari Indonesia, mengolah menjadi teh kemasan, lalu kembali mengekspornya di Indoesia.