Bisnis.com, JAKARTA-- Pembangunan tiga bendungan baru di Jawa Barat segera dimulai setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menandatangani kontrak konstruksi untuk Bendungan Ciawi, Cipanas, dan Leuwikeris senilai total Rp 4,02 triliun.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Imam Santoso menyatakan, ketiga bendungan ini merupakan bagian dari target pemerintah untuk membangun delapan bendungan baru tahun ini. Sejauh ini pemerintah baru menandatangani kontrak tiga bendungan, Bendungan Kuwil Kawangkoan di Sulawesi Utara, Bendungan Way Sekampung di Lampung, dan Bendungan Ladongi di Sulawesi Tenggara.
“Kalau sudah kontrak, tidak ada groundbreaking.Bapak dan Ibu langsung bekerja di lapangan, sebulan kemudian kami cek progresnya,” ujarnya dalam arahannya usai penandatanganan kontrak, Rabu (23/11)
Dia menyatakan proses lelang untuk ketiga bendungan ini telah menerapkan kebijakan Kementerian PUPR yang mewajibkan kontraktor pelaksana pelat merah untuk menggandeng perusahaan swasta. Hal itu bertujuan memberikan transfer teknologi dari kontraktor BUMN yang telah berpengalaman membangun proyek sumber daya air kepada kontraktor swasta. Dengan demikian, harapannya dalam beberapa tahun mendatang, peserta lelang untuk proyek bendungan semakin beragam.
“Mungkin dengan begini, dalam dua-tiga tahun lagi swasta sudah bisa membangun bendungan tanpa didampingi BUMN,” ujarnya.
Dalam arahannya, Imam juga meminta kontraktor pelaksana untuk bekerja dengan sistem tiga shift dalam tujuh hari seminggu. Sistem itu dinilai mampu mempercepat proses konstruksi bendungan setahun lebih awal, dari target operasional pada 2019 dan 2020.
Perjanjian Paket Pembangunan Bendungan Ciawi (Cipayung), ditandatangani antara Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane dan pihak PT Brantas Abipraya- PT Sacna KSO sebagai pihak kontraktor, dengan nilai paket mencapai Rp757,89miliar. Lama pengerjaan Paket tersebut diperkirakan mencapai 1080 hari kalender yang ditargetkan selesai pada tahun 2019.
Bendungan Ciawi merupakan Bendungan Kering (dry dam) pertama yang dibangun di Indonesia dan merupakan bagian dari upaya menanggulangi banjir di Jakarta. Bendungan ini tidak akan dialiri dengan air untuk keperluan irigasi atau air baku namun lebih berfungsi untuk mengejar kapasitas pengendalian banjir, karena saat hujan datang, bendungan akan menampung air dan memperlambat aliran air hujan ke Jakarta.
Kontrak pembangunan Bendungan Cipanas yang berfungsi memenuhi kebutuhan air di wilayah Pantura dibagi menjadi dua paket pekerjaan. Perjanjian paket 1 Pembangunan Bendungan Cipanas senilai Rp925 miliar ditandatangani oleh perwakilan BBWS Cimanuk Cisanggarung dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk -PT Jaya Konstruksi KSO sebagai kontraktor.Lama pengerjaan paket tersebut ditargetkan selesai pada 2020. Sementara itu, kontrak konstruksi paket 2 Pembangunan Bendungan Cipanas senilai Rp448 miliar diraih oleh PT Brantas Abipraya (Persero) dan PT Sacna KSO, dan ditargetkan selesai pada 2020.
Di samping untuk mengatasi kebutuhan air di wilayah Pantura, Bendungan Cipanas juga dibangun sebagai pengendali banjir untuk wilayah Pantura Kabupaten Indramayu, pendukung irigasi pertanian di wilayah Sumedang dan Indramayu dengan luas sekitar 8.089 hektare, dan juga penghasil listrik sebanyak 3 megawatt.
Untuk Bendungan Leuwikeris, penandatanganan perjanjian konstruksi paket 1 senilai Rp867 miliar dilakukan antara BBWS Citanduy dengan PT Pembangunan Perumahan (PP) KSO PT Bahagia Bangunnusa. Pekerjaan Paket 1 mencakup pembangunan Bendungan Utama dan Bangunan Fasilitas Bendungan Leuwikeris.
Sementara kontrak konstruksi Paket 2 Pembangunan Bendungan Leuwikeris diraih oleh PT. Waskita Karya-PT.Adhi Karya KSO sebagai pihak kontraktor dengan nilai paket pekerjaan konstruksi sebesar Rp 642 miliar dengan sistem kontrak tahun jamak (multi years). Pekerjaan Paket 2 mencakup pembangunan Bangunan Pelimpah, Hidromekanikal dan Electrical Work.
Adapun kontrak paket 3 Pembangunan Bendungan Leuwikeris yang mencakup pembangunan terowongan pengelak dan jalan akses senilai Rp385 miliar dilakukan oleh PT Hutama Karya (Persero).
Kepala BBWS Citanduy Agung Djuhartono menyatakan, ketersediaan lahan yang telah terbebaskan di lokasi Bendungan Leuwikeris paling banyak dibandingkan di lokasi bendungan lain, yaitu seluas 238 hektare. Sementara pada lokasi Bendungan Ciawi dan Cipanas belum ada lahan yang telah dibebaskan.
“Untuk Leuwikeris Alhamdulillah [tanah yang bebas] hampir 99% untuk area kerja, mulai jalan masuk dan tapak bendungan. Yang belum tinggal area genangan sekitar 300 hektare, Insya Allah tahun depan kita mulai bebaskan,” ujarnya.
Selain untuk keperluan irigasi, Bendungan Leuwikeris juga ditujukan untuk menyediakan air baku di Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis sebesar 845 liter per detik. Tidak hanya itu, manfaat lain bendungan ini adalah mereduksi banjir periode 25 tahunan sebanyak 11,7% dari 509,7 meter 3/detik menjadi 450,02 meter3/detik. Bendungan tersebut juga dibangun untuk dapat menghasilkan listrik sebesar 20 megawatt.