Bisnis.com, JAKARTA- Pasar negara berkembang masih berpotensi melemah di jangka pendek berkaitan dengan kemenangan Donald Trump dalam pilpres AS.
Meskipun begitu, prospek perekonomian terbesar di Asia Tenggara terutama Indonesia ini secara umum masih tetap menjanjikan.
Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM tak menampik rupiah juga rentan mengalami sedikit penurunan terhadap dolar AS karena investor masih mencerna situasi terkait terpilihnya Presiden AS terpilih Donald Trump.
Dia menuturkan apresiasi dolar AS yang mengguncang pasar telah membuktikan bahwa kemenangan Trump dan meningkatnya harapan kenaikan suku bunga AS di bulan Desember dapat menjadi pondasi bagi investor bullish untuk menyerang tanpa ampun.
"Dari sudut pandang teknikal, indeks dolar bullish pada rentang waktu harian karena secara konsisten level tertinggi yang lebih tinggi dan level terendah yang lebih tinggi," ungkapnya, Rabu (23/11/2016).
Menurutnya, sentimen terhadap dolar AS saat ini luar biasa bullish dan optimisme. Dia mengungkapkan kepemimpinan Trump akan memperkuat pertumbuhan ekonomi AS memastikan bahwa mata uang ini terus berkibar.
Lukman mengatakan data ekonomi AS akan berulang kali membuktikan stabilitas ekonomi dan seluruh pejabat Fed mengeluarkan penyataan bernada hawkish sehingga dolar semakin menjadi primadona.
Dia menuturkan rilis notulen rapat FOMC akan menarik perhatian pasar karena mungkin dapat memberikan kejelasan final yang dibutuhkan untuk memastikan ekspektasi kenaikan suku bunga AS di bulan Desember.