Bisnis.com, BENGKULU - Wilayah pelosok atau pedalaman belum mendapat perhatian yang sama dengan wilayah terluar Indonesia.
Anggota DPRD Provinsi Bengkulu Dedi Hermansyah menyebutkan kebijakan satu harga untuk bahan bakar minyak belum mampu menjangkau daerah pelosok di Bengkulu.
"Berbeda dengan pulau terluar yang mendapatkan kebijakan, kalau daerah pelosok harganya tetap di atas harga ketetapan karena minimnya infrastruktur. BBM masuk ke sana lewat pengecer yang tidak legal," kata Dedi di Bengkulu, Minggu (20/11/2016).
Dedi mengharapkan, selain kebijakan satu harga, pemerintah juga perlu menambah dukungan infrastruktur penyaluran BBM untuk daerah yang jauh dari pusat kota.
"Kini yang merasakan harga BBM satu harga hanya yang di pusat kota atau yang dekat dengan SPBU, butuh SPBU atau sejenis itu untuk di daerah pelosok sehingga masyarakat tidak lagi membayar di atas harga standar," kata dia lagi.
Untuk rentang tinggi harga BBM, kata dia, berbeda-beda, semakin jauh dari akses SPBU semakin mahal harga yang harus dibayarkan masyarakat untuk membelinya.
"Apalagi jika daerah tersebut sulit dijangkau, karena kondisi infrastruktur jalan yang tidak memadai, maka harga BBM per liter yang ditetapkan pengecer akan semakin mahal," kata Dedi.
Oleh sebab itu, jika pemerintah memiliki infrastruktur pendistribusian BBM untuk daerah pelosok, diyakini akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan pasokan bahan bakar dengan harga yang semestinya.
"Itu akan sangat membantu bagi mereka yang memiliki usaha rumah tangga atau untuk mendistribusikan hasil pertanian. Mereka akan mendapatkan hasil yang lebih produktif serta bersaing di pasaran," ujarnya.