Bisnis.com, JAKARTA- Jajak pendapat didominasi kemenangan Hillary Clinton, tapi pasar saat ini juga mengantisipasi seandainya justru Donald Trump yang meraih suara terbanyak dalam Pilpres AS 8 November.
Mengingat segala sesuatunya bisa terjadi. Ekonom PT Bank Permata Tbk Joshua Pardede menngingatkan bagaimana pasar terkejut saat suara Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa) justru unggul pada referendum di Inggris pada Juni 2016.
“Antisipasi seandainya Trump menang. (Ingat ketika) kejadian Brexit. Tak ada yang memperkirakan Inggris keluar (UE),” kata Josua saat dihubungi hari ini, Rabu (9/11/2016).
Dia mengemukakan pasar global memang lebih tenang jika calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton yang memenangkan pemilu.
“Market convident dengan Hillary yang lebih prointernasional. Tidak akan (memutus) kerja sama dengan internasional,” kata Josua.
Apalagi mengingat ekspor Indonesia ke AS masuk dalam lima besar.
Sebaliknya jika Trump dari Partai Republik yang menang, bisa berimbas negatif pada ekonomi AS, China, dan Indonesia.
“Jika Hillary, kerja sama tidak ada dampak negatif. Memberikan sentimen di pasar tidak ada kekhawatiran. (Pasar) lebih tenang. Market berharap Hillary menang,” kata Josua.