Bisnis.com, SEMARANG - Bank Indonesia mendorong bertumbuhnya industri kreatif di Kawasan Candi Borobudur, sebagai langkah memajukan sektor pariwisata di Jawa Tengah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Iskandar Simorangkir mengatakan kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur ternyata masih bersifat temporer.
Hal itu disebabkan, salah satunya adalah masih terbatasnya destinasi wisata yang ditawarkan oleh para pelaku industri pariwisata di kawasan tersebut.
Menurutnya, BI mengembangkan ekonomi daerah sektor pariwisata khususnya industri kreatif di kawasan Candi Borobudur.
Adapun latar belakang BI menyasar kesenian daerah karena sektor pariwisata merupakan nomor empat terbesar penerima devisa secara nasional. Pada 2020, pemerintah pusat bahkan ingin menjadikan sektor pariwisata sebagai penerima devisa terbesar di Indonesia.
“Ketika kami datang ke Borobudur dan informasi dari wisatawan, mereka datang ke Borobudur sekali putus saja, sesudahnya mereka pulang. Nah, ke depan bagaimana wisatawan melihat objek wisata lain, salah satunya kesenian daerah di sini,” papar Iskandar di sela-sela Penandatangan Perjanjian Kerja Sama Pengembangan Industri Kreatif Berbasis Kesenian Daerah Di Kawasan Candi Borobudur di Magelang, Kamis (3/11/2016).
Menurutnya, bila digali lebih dalam, kawasan itu menyimpan potensi seni pertunjukan kesenian rakyat yang sangat beragam, seperti seni tari topeng ireng, seni kuda lumping, seni soreng dan seni kubro siswo.
Belum lagi kalau dikemas dengan baik, kesenian rakyat ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata baru bagi wisatawan yang datang ke Candi Borobudur.
Melihat potensi tersebut, katanya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jateng menginisiasi program 'Pengembangan Industri Kreatif berbasis kesenian daerah di kawasan Candi Borobudur Kabupaten Magelang untuk mendukung sektor kepariwisataan di kawasan tersebut.
“Itulah latar belakang kenapa BI menyasar klaster wisata. Harapannya ini bisa berkembang menumbuhkan ekonomi daerah,” terangnya.
Dalam pelaksanaan program, Bank Indonesia menggandeng beberapa pihak terkait yaitu Pemerintah Daerah Kab. Magelang, Association of the Indonesia Tours & Travel Agencies (ASITA) Jateng, dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng.
Iskandar menjelaskan program pengembangan tersebut akan dilaksanakan selama 3 tahun dari mulai sistem hulu (upstream) sampai dengan hiIir (downstream).
Implementasi program mulai dari pemberian bantuan dan pendampingan yang dilakukan oleh tenaga ahli untuk meningkatkan kompetensi para pelaku seni, hingga peningkatan jejaring dan akses pelaku seni terhadap industri pariwisata di Jateng.
Adapun yang menjadi sasaran program yaitu para pelaku seni yang tergabung dalam Asosiasi Kesenian Rakyat Borobudur (ASKRAB), Gabungan Seniman Borobudur (Gasebo), Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kab. Magelang, Kelompok kerajinan tangan dan Forum Kilometer Nol (FKN).
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah Prasetyo Aribowo mengatakan pemerintah pusat saat in fokus mengembangkan 10 destinasi pariwisata, salah satunya di Candi Borobudur.
Saat ini, katanya, pemerintah pusat telah berkoordinasi dengan perbankan untuk membiayai 100.000 homestay di kawasan destinasi itu dengan syarat bunga rendah. Dia mengatakan pemerintah juga mengucurkan dana bantuan US$204 juta untuk desain kawasan Borobudur dan sekitarnya.