Bisnis.com, SURABAYA - Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) menilai faktor kualitas gizi pangan seharusnya masuk dalam indikator program ketahanan pangan pemerintah.
Ketua Perhepi Bustanul Arifin mengatakan program ketahanan pangan tidak hanya dititikberatkan pada jumlah atau kuantitas produksi beras, jagung, kedelai untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.
“Ketahanan pangan bukan hanya urusan supply dan demand, melainkan juga urusan gizi. Jadi jangan memperhatikan fisik, tapi juga kualitas sehingga harus dipaksa ada indikator baru dalam ketahanan pangan,” katanya dalam siaran pers Hari Pangan Dunia, Selasa (18/10/2016).
Dia memaparkan pemenuhan konsumsi pangan, terutama kandungan protein dan vitamin di Indonesia masih sangat rendah, bahkan lebih rendah dibandingkan konsumsi pulsa dan rokok.
Kondisi tersebut, katanya, yang mengakibatkan rendahnya tingkat gizi balita saat ini, di mana di Indonesia jumlah balita yang mengalami kekurangan gizi mencapai 20%.
“Tantangan pangan di masa mendatang, tidak hanya pada aspek fisik tapi juga VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity), tantangan lainnya yakni Indonesia masih terfokus pada pajale (padi, jagung, dan kedelai), termasuk masalah rantai nilai pangan,” imbuhnya.