Bisnis.com, SEMARANG - Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah menargetkan nilai investasi pada 2017 pada angka Rp30,25 triliun atau tumbuh 10% dibandingkan dengan target tahun ini.
Optimisme BPMD Jateng didorong dengan dukungan pemerintah daerah setempat untuk membangun kawasan industri. Dengan kawasan industri akan memacu pelaku usaha untuk berlomba masuk ke Jateng.
Kepala BPMD Jateng Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan wilayahnya menjadi incaran para investor, terutama industri padat karya. Dengan demikian, katanya, makin banyak perusahaan yang membangun pabrik di wilayah Jateng.
Saat ini tercatat 14 kawasan industri yang siap menampung industri dari luar daerah. “Makanya, tahun depan kami targetkan investasi bisa tumbuh 10% dari tahun ini pada angka Rp27,5 triliun,” terangnya, Jumat (7/10/2016).
Sujarwanto mengakui beberapa kawasan industri yang sedang dipersiapkan berada di Brebes Jateng atau wilayah pantai utara Jawa sisi barat. Menurutnya, daerah itu termasuk lokasi strategis karena berdekatan dengan perbatasan Jawa Barat.
Selain itu, adanya operasional jalan tol hingga Brebes membuat para investor melirik daerah tersebut. Kendati setiap daerah memiliki karakteristik masing-masing, pihaknya mendorong pemda untuk merancang Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang proinvestasi. “Kalau daerah belum ada lahan untuk kawasan industri, bisa menggunakan kawasan peruntukan industri,” paparnya.
Dari data BPMD Jateng, realisasi nilai investasi pada semester I/2016 untuk penanaman modal asing yang masuk ke Jawa Tengah mencapai US$406,54 juta dengan jumlah proyek mencapai 528.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pengembangan BPMD Jatengf Didik Subiantoro mengatakan, sektor industri padat karya terutama tekstil menjadi investasi primadona dari investasi asing yang masuk ke Jateng, dengan jumlah 84 proyek dan nilai investasi senilai US$101,380 juta.
Dia menyebutkan, nilai investasi paling besar berada di Kabupaten Sukoharjo, dengan total investasi hingga semester I/2016 mencapai US$105,317 juta, dengan jumlah proyek mencapai 21 proyek.
Adapun, nilai investasi di Semarang US$ 57,483 juta dengan total 162 perusahaan asing. “Semarang merupakan daerah dengan jumlah proyek PMA paling banyak dibandingkan kota maupun kabupaten lain,” katanya.
Selain Semarang, wilayah lain yang dilirik investor mulai merambah daerah lain yakni Kabupaten Batang sebesar US$78.868 dengan sembilan proyek.
Menurutnya, investasi yang masuk ke Jateng di dominasi dari Singapura, dengan nilai investasi US$110,767 juta dengan jumlah proyek sebanyak 64, British Virgin Islands dengan nilai investasi US$106,414 juta dan jumlah proyek sebanyak 45.
Lebih lanjut, Sujarwanto menambahkan BPMD terus berusaha meningkatkan nilai investasi di Jateng dengan memberikan sejumlah kemudahan terutama terkait dengan perizinan.
Saat ini, kata dia, Jateng sudah memiliki layanan perizinan satu pintu atau pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) yang ada di semua Kabupaten/Kota. Dengan adanya perizinan satu pintu ini akan memudahkan proses perizinan. Salah satu buktinya, ada beberapa izin usaha yang jika sesuai SOP bisa selesai dalam waktu 10 hari, tetapi saat ini bisa dipersingkat menjadi tiga hari.
“Investasi merupakan peluang Jateng untuk menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya sehingga angka kemiskinan dapat berkurang dan peningkatan pertumbuhan ekonomi semakin baik di Jateng,” ucapnya.
Terkait kawasan industri, pihaknya mendorong agar investor memanfaatkan tanah marginal atau yang tidak produktif. Contoh tanah yang tidak produktif seperti misalnya bukan sawah irigasi atau setengah irigasi.
Untuk menghindari konflik di belakang hari, Sujarwanto selalu mengarahkan para investor bahwa harus betul-betul selektif dalam menentukan kawasan industri. "Tidak harus seluruh kabupaten/kota memiliki kawasan industri yang pasti kawasan industri ini tidak boleh mengganggu sawah lestari," katanya.