Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia menilai akan terjadi pemulihan harga komoditas di tahun depan kendati tidak signifikan yang disebabkan oleh perekonomian China yang hanya tumbuh di satu digit.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan ekonomi global belum seperti yang duharapkan terlebih China yang terus menurun ke level 6% membuat harga komoditas melemah. Saat ini, ekonomi China diperkirakan hanya 6,3%-6,5% dari yang sebelumnya bisa tumbuh 10%-12%.
Perlambatan ekonomi China mempengaruhi harga komoditas tambang dan perkebunan yang mana pencapaian pertumbuhan ekonomi dalam negeri 30% tergantung dari komoditas.Â
"Prospek ekonomi dunia harus melihat ke China karena harga komoditas dipengaruhi ekonomi China. Kalau recovery yang moderat di ekonomi dunia karena ada pemulihan di harga komoditas tapi tidak signifikan," katanya, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (6/10/2016).
Dia merinci ekonomi Indonesia disumbang oleh 22% disumbang oleh komoditas seperti karet, batubara, dan minyak sawit, sementara Kalimantan berkontribusi 9% terhadap produk domestik bruto. Namun, kedua wilayah itu terus mengalami penurunan pertumbuhan.
"Kalau Sulawesi masih oke-oke saja masih bisa tumbuh 6%-9%. Jadi kita lihat kondisi China karena pengaruhi harga komoditas. Kalau sudah ada recovery-tapi bukan yang bentuknya melonjak signifikan tapi moderat-karena harga komoditas jatuh signifikan tapi naiknya sangat lambat," jelasnya.