Bisnis.com, KARAWANG -- Produsen benih dan pestisida global Syngenta membelanjakan US$1,4 miliar per tahun untuk aktivitas riset dan pengembangan.
Adapun menurut data Phillips MacDougall pada 2008, investasi Syngenta untuk R&D sesungguhnya 21% dari total belanja R&D enam perusahaan benih terkemuka dunia yang mencapai US$4,6 miliar.
Selain Syngenta, Bayer dan Monsanto menghabiskan anggaran yang sama untuk R&D. Berada di urutan berikutnya, yakni BASF 14%, Dupont 14%, dan Dow 9%.
Syngenta sendiri mengoperasikan 14 jaringan stasiun riset dan pengembangan di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia, yakni di Cikampek, Karawang, Jawa Barat untuk padi, serta Kediri, Jawa Timur untuk jagung.
"R&D station mendukung inovasi dan penelitian dari setiap produk Syngenta melalui penelitian komprehensif yang dapat berlangsung selama 10-15 tahun sebelum dapat dijual untuk umum," kata Head of R&D PT Syngenta Indonesia Nanin Noorhajati dalam kunjungan ke Pusat Riset dan Pengembangan Syngenta di Cikampek, Karawang, Selasa (4/10/2016).
Menurutnya, seluruh kegiatan yang dikerjakan di stasiun R&D Cikampek sudah melewati tahap riset dan tengah berada dalam tahap pengembangan.