Bisnis com, JAKARTA - Bank Dunia memprediksi kondisi ekonomi di kawasan Asia Pasifik masih akan sejumlah risiko yang berujung pada perlambatan pertumbuhan.
Laporan dari Bank Dunia juga memperkirakan China masih melakukan transisi pertumbuhan yang terus berkelanjutan kendati melamban. China diprediksi secara tiga tahun berturut-turut mulai 2016 hingga 2018 hanya akan mencatatkan pertumbuhan 6,7%, 6,5%, dan 6,3%.
Pertumbuhan ekonomi di China terus melemah seiring beralihnya perekonomian ke sektor konsumsi, pelayanan atau jasa, dan kegiatan ekonomi dengan nilai tambah.
Sudhir Shetty, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, mengatakan kendati ekonomi di kawasan memiliki prospek yang positif, namun risiko besar masih terus membayangi seperti pengetatan keuangan global dan pertumbuhan global yang melambat, termasuk perlambatan di China.
"Sangat penting bagi pembuat kebijakan untuk mengurangi ketidakseimbangan finansial dan fiskal yang telah terbangun di beberapa tahun terakhir," ujarnya, melalui telekonferensi, Rabu (5/10).
Negara kawasan diminta untuk mempertajam potensi teknologi dalam pelayanan keuangan mengingat besarnya penggunaan telepon selular. Selain itu, negara kawasan juga dituntut untuk mampu mengatasi persoalan malnutrisi yang meluas dengan membuat program pendidikan bangunan anak usia dini dan intervensi pemberian gizi.
"Teknologi punya potensi untuk mendorong industri keuangan untuk menambah akses keuangan. Banyak yang menggunakan aplikasi mobile untuk transaksi finansial," katanya.