Bisnis.com, JAKARTA--Kilang Treated Distilate Aromatic Extract (TDAE) yang akan mengolah bahan baku industri ban dan karet sintesis ditargetkan beroperasi 2019.
Adapun, untuk mendapatkan TDAE, minarex diolah di dalam fasilitas tersendiri di Kilang Cilacap. Minarex sebenarnya bisa juga menjadi bahan baku industri ban dan karet sintesis namun bersifat karsinogen dan dilarang pemakaiannya di Eropa.
Dari segi keekonomian, hasil olahan TDAE memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil olahan minarex.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan pihaknya telah melakukan penjajakan sejak 2015.
Dalam kerja sama tersebut telah diteken head of agreement (HoA) untuk menindaklanjuti inisiasi Repsol untuk membangun Kilang TDAE.
Pihaknya menargetkan pada 2019 kilang tersebut telah beroperasi secara komersial (commercial operation date/COD) dengan asumsi masa konstruksi selama 17 hingga 18 bulan. Investasi yang dibutuhkan untuk membangun kilang berkapasitas 60.000 ton per tahun itu sebesar US$80 juta.
"Target commercial operation date-nya 2019," ujarnya pada jumpa pers di Jakarta, Kamis (29/9/2016).
Berdasarkan catatan Bisnis, pada 2012, PT Pertamina (Persero) menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan PT Pura Barutama untuk membangun kilang tersebut. Rencananya, kilang beroperasi pada 2015.
Namun, Wianda enggan menyebut alasan mengapa MoU yang sudah diteken tak dilanjutkan. Dia menganggap terdapat aspek utama yang tak bisa disepakati sehingga MoU tersebut tak dilanjutkan. Pada kerja sama kali ini, pihaknya optimistis proses bisa berjalan lancar.
"Dengan Repsol sudah ada penjajakan dua tahun. Kami optimistis [proyek] dapat jalan dengan baik," katanya.
Pihaknya akan membentuk joint venture dengan Repsol. Wianda memperkirakan pembentukan joint venture bisa diselesaikan pada 2017. Melalui pembentukan joint venture, Wianda menyebut akan ditetapkan saham juga entitlement atau hak masing-masing pihak pada kerja sama tersebut. Kendati demikian, pihaknya menargetkan Pertamina bisa menguasai mayoritas saham dan bisa memasuki pangsa pasar Repsol di Asia Tenggara.
Alasan itu pula yang membuat Pertamina mau menerima tawaran Repsol untuk bekerja sama. Repsol, tutur Wianda, terkenal sebagai produsen karet juga pelumas. Selain itu, keberadaan kilang TDAE masih terbatas dan tak banyak partner strategis yang memiliki kemampuan penguasaan pasar yang mumpuni. Nantinya, Pertamina akan memasok minarex yang dihasilkan Kilang Cilacap. Adapun, Kilang Cilacap memiliki kapasitas produksi minorex sebesar 115.000 ton.
"[Membangun] kilang TDAE ini bukan seperti kami melakukan upgrading kilang atau kami membuat kilang yang baru karena kan enggak semua orang punya keahlian di produk jenis ini dan enggak semua orang punya pangsa pasar. Nah Repsol sudah punya pangsa pasar termasuk di Asia Tenggara," katanya.