Bisnis.com, JAKARTA -Perbaikan infrastruktur distribusi pangan olahan bisa mendorong industri rantai pendingin Indonesia melonjak tiga kali lipat.
Direktur Eksekutif Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI), Hasanuddin Yasni, memperkirakan potensi pasar rantai pendingin Indonesia mencapai Rp10 triliun per tahun. Namun, aktivitas bisnis cold storage di Tanah Air tahun lalu baru menyentuh Rp3 triliun.
“Perkembangan industri rantai pendingin sebetulnya bagus, tahun kemarin nilainya mencapai Rp3 triliun. Namun, kami perkirakan sebetulnya itu cuma sepertiganya. Potensinya bisa sampai Rp10 triliun,” kata Hassan, Rabu (28/9/2016).
Dia menjelaskan potensi tersebut berasal dari permintaan atas makanan segar yang tumbuh pesat di Tanah Air dalam 10 tahun terakhir, terutama melalui peritel modern.
Pertumbuhan permintaan atas makanan segar membuat industri pangan segar seperti susu dan daging olahan ikut berkembang. Namun, perkembangan di kedua sektor tidak bisa optimal karena permasalahan distribusi.
“Mereka bisa pasang cold storage, tetapi justru idle karena transportasi dan logistiknya belum bagus. Jika infrastruktur transportasi dan logistik bagus, pemasangan cold storage bisa lebih banyak,” kata Hassan.
Hassan mengatakan pemerintah harus segera memperbaiki infrastruktur dan sistem distribusi pangan agar industri rantai pendingin bisa tumbuh optimal sekaligus memperkuat struktur ketahanan pangan nasional.
Langkah pemerintah membuka industri rantai pendingin untuk investasi asing, menurutnya, telah berhasil menyulut minat perusahaan luar negeri masuk ke Indonesia.
Dia mengungkapkan perusahaan-perusahaan logistik dari Asia Pasifik hingga Eropa tertarik membangun sistem cold storage di Tanah Air untuk mengamankan suplai pangan segar dari Indonesia ke negara masing-masing.
“Industri rantai pendingin masuk bersama perusahaan-perusahaan logistik. Industri hasil laut mereka sangat bagus, mereka ingin mengamankan pasokan fresh product ke industri mereka,” kata Hassan.