Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Susi: Maluku Butuh Penerbangan Saumlaki-Darwin

Hambatan konektivitas masih menjadi tantangan utama pengembangan Provinsi Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional.
Banda Neira di Maluku/Istimewa
Banda Neira di Maluku/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Hambatan konektivitas masih menjadi tantangan utama pengembangan Provinsi Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional. Untuk dapat mencapai cita-cita itu, Maluku perlu memiliki jaringan transportasi dan logistik yang menghubungkan dengan negara lain terdekat seperti Australia.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan konektivitas menjadi kunci pembangunan provinsi penghasil ikan tersebut. Menurutnya, selama Maluku tidak memiliki akses langsung untuk mengirim hasil ikan tangkap ke luar negeri, maka wilayah tersebut sulit untuk berkembang.

“Pembangunan ini harus langsung ke wilayah ekspor. Wilayah Timur itu harus dibuka, selama kita tutup Timur, negara ini tidak akan maju,” ujarnya dalam seminar bertajuk Peran Pers dan Revitalisasi Kekuatan Maritim di Provinsi Maluku, Kamis (22/09).

Dia mengatakan, saat ini pemerintah tengah menggagas tujuh titik potensial di wilayah Timur Indonesia untuk ekspor ikan tangkap, dua di antaranya terdapat di Maluku, yaitu Kecamatan Moa Lakor di Maluku Barat Daya, serta Kecamatan Saumlaki di Maluku Tenggara Barat.

 Susi akan mengusahakan ke Kementerian Perhubungan dan PT Garuda Indonesia untuk membuka penerbangan perintis sebanyak tiga hingga empat kali dalam seminggu untuk tujuan Saumlaki-Darwin guna mendorong peningkatan ekspor ikan tangkap.

Dengan begitu diharapkan ongkos logistik dapat berkurang dan menarik investor untuk menanamkan investasinya di Maluku.

“Saya sudah approach Pak Arif Wibowo [Dirut Garuda Indonesia] untuk membuka jalur itu. Beliau mau saja tetapi minta disubsidi US$2.000, nanti mau saya mengirim surat ke Menteri Perhubungan,” ujarnya.

Tak hanya itu, untuk mewujudkan Maluku sebagai lumbung ikan nasional, KKP juga berkomitmen untuk menggelontorkan anggaran senilai Rp300 miliar hingga Rp400 miliar pada tahun depan untuk memberikan 250 kapal penangkap ikan, dengan kapasitas dari 5 GT hingga 200 GT.

“Banda Neira adalah sumber 68% suplai tuna dunia, bila rusak, maka suplai dunia juga terganggu. Saya ingin mendorong eksploitasi laut yang memakai pagar sustainability,” ujarnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Deandra Syarizka
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper