Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian menyusun peta kebutuhan tenaga kerja industri yang bisa dijadikan acuan program studi sekolah kejuruan.
Sekjen Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat mengatakan Kementerian Perindustrian sedang memetakan tenaga kerja dan keahlian yang dibutuhkan oleh industri manufaktur. Pemetaan tersebut akan menjadi basis pembentukan klaster pendidikan kejuruan di tingkat sekolah menengah dan pendidikan vokasi di tingkat pendidikan tinggi.
Program pendidikan di SMK dan akademi di klaster tersebut akan dirancang sesuai dengan kebutuhan industri. Perusahaan di wilayah tersebut juga dilibatkan sebagai tempat praktik dan penyedia tenaga pengajar ahli.
“Nanti kami coba petakan, kita punya kantong-kantong industri di mana saja. Misalnya di Cilegon ada baja, petrokimia, dan permesinan. Program studi di SMK akan disesuaikan,” kata Syarif, Selasa (13/9/2016).
Syarif menjelaskan pendidikan di sekolah kejuruan seharusnya melibatkan industri sebagai penyedia tenaga ahli dan lokasi magang. Namun, keterbatasan interaksi membuat aktivitas pendidikan di SMK dan aktivitas industri di sekitar sekolah berjalan masing-masing.
“Misalnya di salah satu balai Kemenperin, saya tanya ke peserta mereka lulusan mana. Ternyata mayoritas dari SMK, masih ikut kursus lagi baru dapat kerja. Harusnya mereka langsung bekerja. Ini harus diubah agar mereka tidak keluar biaya dan menghabiskan waktu double,” katanya.